Di Kelas Inspirasi, professional datang
mengajar selama sehari ke Sekolah Dasar untuk menceritakan profesi nya, dengan
harapan anak-anak ini tahu bahwa ada beragam profesi yang bisa mereka pilih
sebagai cita-cita dan mereka dapat terinspirasi dan termotivasi dengan cerita relawan.
Siapa aja yang bisa menginspirasi? Pastinya yang sudah bekerja secara
professional minimal dua tahun, kenapa dua tahun? Karena dua tahun dianggap
sudah menguasai bidang kerjanya.
Logo Kelas Inspirasi Semarang |
Terus kenapa saya ikutan? Pengecualian untuk panitia, saya yang
waktu itu masih berstatus mahasiswa menuju fresh graduate memutuskan untuk
ikutan. Alhamdulillah, bisa mengenal orang dari berbagai macam latar belakang
yang punya satu tujuan untuk menginspirasi anak-anak. Peran saya di Kelas
Inspirasi Semarang adalah ngadimin, maksudnya ngadmin-in social media dan
Fasilitator.
Poster Kelas Inspirasi Semarang
Pengalaman berharga saat saya mengikuti event ini, sampai merasuk
ke dalam hati melewati pembulu darah hingga akhirnya membuat bulu kuduk
merinding memikirkan betapa beruntungnya masa kanak-kanak saya. Dari cerita
relawan yang sudah pernah mengajar, banyak sekali adik-adik di sekolah dasar
(terutama yang berada di pelosok atau pinggiran) tidak mengetahui dunia
luar. Mas Dika saat masuk kelas memakai baju wearpack dan melemparkan
pertanyaan ‘Ada yang tahu profesi Bapak apaa?’, diantara anak-anak tersebut ada
yang menjawab Tukang Sampah karena baju yang Mas Dika pakai sama seperti yang
ayahnya pakai, dan itu terjadi di Jakarta. Lain lagi yang diceritakan Mas Bayu
yang profesinya arsitek, Mas Bayu menjelaskan kalau profesinya adalah membangun
rumah atau gedung-gedung, tapi anak-anak menyebutnya sebagai ‘Oo, bapak kuli
bangunan ya?’ Ya begitu kondisinya, karena pekerjaan orangtua mereka tidak jauh
dari itu.
Ada tiga event besar di Kelas Inspirasi, pertama Hari Briefing, hari dimana
seluruh relawan yang lolos seleksi saat recruitment dikumpulkan, dikelompokkan
berdasarkan kelompok dan sekolahnya masing-masing, di sana dihadirkan juga
kepala sekolah, alumni pengajar muda, dan perwakilan dari Kelas Inspirasi untuk
saling sharing dan menjelaskan teknis pengajaran saat berhadapan dengan
anak-anak.
Kedua adalah Hari
Inspirasi, inilah puncak dari Kelas Inspirasi, relawan pengajar ambil
bagian dalam mengajar dan menginspirasi anak-anak melalui profesi mereka,
dokumentator mendokumentasikan momen-momennya, sedangkan fasilitator jadi
tukang pencet bel sewaktu rotasi dan ngabisin makanan di kantor kepala sekolah
hehe.
Ketiga Hari
Refleksi, tidak sedikit menganggap refleksi adalah hari pijit-pijit, tapi
bukan itu, di Hari Refleksi relawan dan kepala sekolah kembali
dikumpulkan untuk sekedar sharing bagaimana kondisi Hari Inspirasi yang telah
dilalui dan sharing keadaan sekolah. Disini mungkin atas tercetus ide-ide baru
dari relawan untuk membuat suatu project.
Hari Briefing |
Hari Refleksi |
***
Di Sekolah Dasar tempat saya menjadi fasilitastor adalah salah
satu SD swasta yang berada di daerah Tanjung Mas, Semarang Utara, dekat
dengan pelabuhan, kalau cuaca sedang terik, panasnya akan merasuk sampai ke
ubun-ubun, banjir seringkali terjadi karena rob atau hujan deras, selain akses
menuju ke sekolah yang banjir, kelas pun ikut tergenang oleh air. Oleh karena
itu, tak heran jika lorong di sekitar area kelas lebih tinggi dari sekitarnya,
pihak sekolah sering meninggikan agar air tidak masuk kelas.
Jumlah anak-anak tiap kelasnya sangat sedikit, berbeda jauh dengan
saya saat SD dulu yang sekelas hampir 60 orang ditambah tiap kelas ada dua
rombel, jadi satu angkatan bisa lebih dari 100 orang. Di SD itu, untuk kelas 1
hanya berisi 6 orang, di kelas 6 jumlah muridnya 20-an.
Kepala Sekolah SD tersebut adalah lulusan Strata 2, sempat menjadi
kepala sekolah di sekolah swasta yang jauh lebih baik kondisinya, hingga
akhirnya ia diminta menjadi kepala sekolah di tempatnya sekarang dengan harapan
dapat mengubah kondisi sekolah seperti sekolah swasta yang sebelumnya ia
pegang. Sempat terbesit untuk mengundurkan diri dari kepala sekolah, tapi ia
urungkan karena niatnya tulus ingin membangun sekolah tersebut.
***
Hari Inspirasi |
Hari Inspirasi |
Hari Inspirasi |
Lagi-lagi niat yang menyatukan kita: menginspirasi anak-anak. Relawan
di kelompok saya terdiri 8 pengajar yang terdiri dari latar belakang profesi
dan 4 dokumentator. Seperti bukan orang lain atau seperti bukan orang yang baru
bertemu, ketika bertemu rasa canggung hilang sudah. Jauh hari fasilitator dan
relawan survey sekolah, melihat bagaimana kondisi sekolah dan membuat konsep
untuk Hari Inspirasi. Relawan ini merelakan waktunya dengan senang hati untuk
bertemu dan menginspirasi anak-anak, membuat mereka bermimpi dan menghayal masa
depan. Sebenarnya saya tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan relawan dan
anak-anak saat di kelas, relawan pengajar yang pastinya lebih tahu dan punya cerita
beragam atas keluguan anak-anak ini.
Di akhir Hari Inspirasi, relawan sudah mempersiapkan balon gas
yang dituliskan mimpi anak-anak, terlihat eufora terpancar dari anak-anak,
guru, dan relawan. Ah senang sekali rasanya, jika masanya telah tiba, saya akan
berada di posisi itu, berdiri di depan kelas, menceritakan pengalaman saya ke
adik-adik lucu ini bahwa bumi ini amat luas, mereka bisa memilih menjadi apapun
selama itu bisa bermanfaat bagi mereka dan orang-orang di sekitar mereka dengan
terus belajar, jangan sampai sekolah mereka terhenti.
Kelas Banjir |
Yang paling ngangenin adalah saat kami berkunjung ke sekolah
beberapa bulan setelah Hari Inspirasi, sayangnya akses ke sekolah banjir dan
kelas pun ikut banjir. Tapi tidak menyurutkan niat kami ke sana, anak-anak
masih hapal betul nama-nama relawan, bahkan meminta kami untuk stay mengajar
disana.
Hari Inspirasi |
More information about Kelas Inspirasi Semarang, visit
Fanpage | Twitter | Instagram | Youtube | Cerita
Relawan
***
Kelas
Inspirasi
"Bangun Mimpi Anak Indonesia..."
"Bangun Mimpi Anak Indonesia..."
Mari berbagi cerita yang
dapat menumbuhkan cita. Jejak langkah profesimu sebagai awalnya.
Sudah saatnya para profesional turut mengambil peran dalam pendidikan anak bangsa.
Sudah saatnya para profesional turut mengambil peran dalam pendidikan anak bangsa.
***