kisah seseorang, semoga menginspirasi :)
Saya adalah lulusan dari institut teknik, tepatnya bidang
planologi (perencanaan wilayah dan kota). Sama sekali bukan dari institut
pertanian. Tapi entah kenapa saya tertarik dengan pembangunan wilayah desa dan
pengembangan sektor-sektor ekonomi pertaniannya (pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan). Bercerita sedikit saja tentang ranah
kerja bidang planologi, saya sebagai lulusan planologi memiliki ranah kerja
sebagai perencana; pembuat dokumen perencanaan wilayah, yang bekerja di ranah-ranah
kepemerintahan (BAPPEDA), konsultan, kontraktor, pengembang, dan sejenisnya
yang terkait bidang-bidang ke-sipilan dan pembangunan. Bidang ini memang
menarik. Tapi entah kenapa hati saya malah tertuju pada pembangunan desa,
tepatnya turut andil dalam pembangunan desa dengan segala macam sektor-sektor
pertanian yang dimilikinya. Alasan fundamental saya sederhana, saya ingin
berinvestasi untuk kehidupan singkat saya ini. Bukan masalah berapa banyak
harta, tapi berapa banyak manfaat yang diberikan. Itulah modal terbesar yang
ada di benak saya sebelum maut menjemput raga ini.
Berpindah dari alasan-alasan pribadi, saya berangkat menuju alasan
yang lebih luas: NEGERI INDONESIA. Saya amat sangat tahu bahwa Negeri Indonesia
ini kaya akan sumber daya alam, tepatnya yang terdapat pada kelautan dan
pertaniannya. Bagaimana tidak, potensi melimpah ini ditunjukkan oleh keberadaan
17.480 pulau, serta memiliki panjang pantai yang mencapai lebih dari 95.000 km.
Ditambah dengan kondisi iklimnya yang tropis negeri ini banyak melimpah
potensi-potensi alam yang luar biasa berserakan. Sungguh luar biasa. Tapi,
sayangnya saya hanya berhenti pada batas pengetahuan, tidak lebih. Ini
memalukan. So, saya harus turun ikut campur! Gak boleh cemen!
Alhamdulillah kesempatan itu datang.
Akhirnya saya diberi kesempatan untuk membangun desa melalui
program Indonesia Bangun Desa. Di dalam pelatihan, saya langsung turun ke
lapangan. Diawali dari panen buah rosela. Saya berkesempatan menyeleksi dan
memetik rosela, mengupas rosela, membersihkan rosela, dan menjemurnya. Kesan
saya, ini menyenangkan. Kemudian saya berkesempatan untuk terjun ke sawah untuk
bercocok tanam. Dengan menggunakan sistem “jajar legowo” saya pun belajar cara
menanam bibit padi dengan baik. Wah, ini sulit. Hikmahnya, saya jadi lebih
sadar untuk tidak membuang-buang nasi dengan semena-mena. Gak gampang bos,
nanam padi itu. Loe harus tau. Selanjutnya saya diberi kesempatan untuk
mengunjungi sebuah peternakan ayam broiler. Wah banyak banget yang harus
dipersiapkan untuk beternak. Akhirnya saya tahu, ayam broiler ini adalah
makhluk paling manja. Soalnya semua-muanya termasuk ‘selimut kehangatan’ dan
musik pengiring harus disediakan oleh peternak; biar si ayam-ayam itu nyaman,
tenteram dan sejahtera. Waduh! Hehe. Selanjutnya, yang paling ‘amazing’ adalah
dunia perikanan. Dari bisnis plan sampai menguras kolam berlumpur saya lakukan.
Tidak tanggung-tanggung, memindahkan ratusan (mungkin sudah mencapai ribuan)
ikan itu ternyata tidak mudah. Tapi inilah bagian paling menyenangkan. Soalnya
kita bisa main air plus ‘panen’ gratis ikan bawal. Kita makan-makan. Haha. Tapi
bukan di situ poinnya. Pelajaran yang saya dapatkan adalah membangun bangsa itu
tidak mudah. Butuh pengetahuan, pengalaman, dan niat yang lurus serta tulus
dalam menjalani proses demi prosesnya. Pekerjaan Rumah untuk membangun negeri
melalui desa ini akan penuh dengan liku, onak dan duri. Dan saya harus tetap
belajar.
Never Ending Learning
Bogor, 30 Mei 2013
Oddie Aulia Zulha