Kapan menanyakan waktu. Kapan yang entah apa itu bahkan terkadang
kita belum bisa menyebutkan tepatnya kapan. Kapan bisa menjadi artikulasi kata
yang menarik bila penempatannya benar. Tentu kapan yang sudah menunjukkan
kepastian kapan terlaksana. Kapan juga banyak membuat orang-orang mendadak
sensitive. Kapan yang tidak tepat dalam penyampaian sebuah kalimat. Hati-hati
berkata kapan pada orang-orang tertentu, seperti saya ini.
Kapan-kapan
lainnya akan terus terlontar, tinggal bagaimana menyikapinya. Saya sudah mulai
terbiasa mendengar berbagai macam kata kapan. Dalam durasi waktu 24 jam ini,
melalui selftalk, saya bertanya kapan saya akan bangun hingga berujung
pertanyaan kapan saya nikah. Tidak tidak! Saya tidak menekankan untuk
pertanyaan terakhir tadi, antara pertanyaan kapan bangun dan kapan nikah itulah
saya berada. Kalau tidak ingat untuk apa saya ada di posisi ini sejauh ini
pula, sudah habis saya dimakan kapan [waktu]. Saya tidak bisa menyebutkan
secara spesifik kapan itu terjadi, tapi target harus tetap di raih. Apa jadinya
manusia hidup gak punya target. Cuma jadi seonggok daging berjalan yang siap
disembelih. Dan pertanyaan kapan itulah yang bisa jadi motivasi target cepat
tercapai, supaya kata kapan tersebut berlanjut menjadi kapan-kapan lainnya.
Apalagi melihat
orang-orang di sekitar sudah mencapai titik kapannya, tinggal berganti kapan
yang lain. Saya ingin orang-orang mengganti kapan, atau paling tidak membuat sedikit
variasi dengan kata kapan tersebut. Hati-hati berkata kapan, kalau bisa jangan
dengan pertanyaan kapan, buatlah pernyataan dari kapan, yang menyenangkan.
Kapan lulus?