Bobot
hitung-hitungan dan teori pemahaman berkisar 7.5 : 2.5, agak susah rasa-rasanya
bagi yang tidak berminat di dunia menghitung, tapi saya enjoy. Kalkulus
misalnya, siapa sangka kalkulus ada sampai empat tahap, tapi Alhamdulillah saya
berhasil meluluskan keempatnya. Bangga! Belum hitung-hitungan mata kuliah lain.
Tapi sadarkah saya untuk apa hitung-hitungan ini? Cuma sekedar mendapat nilai “yang
penting lulus” atau memang benar-benar paham untuk apa saya menghitung? Saya tidak
tahu kedepannya buat apa saya menghitung kubah masjid dengan integral, buat apa
saya menghitung kecepatan dengan limit, buat apa saya praktikum gergaji,
bubut dsb, buat apa saya menghitung kekuatan truss. Jadi selama ini saya
menghitung, saya hanya kuli hitung yang diminta menghitung tanpa tahu untuk apa
hitungan yang saya hitung-hitung. Apa jadinya kalo semua insinyur kayak saya
semua?
Berbanggalah
kalian yang sepenuh hati menerjuni dunia ini, dan tahu mau kalian apakan ilmu-ilmu
menghitung ini kedepannya, jadi kuliah benar-benar tidak hanya sekedar menjadi
kuli hitung. Bukannya tidak sepenuh hati, tapi justru di akhir hayat
perkuliahan ini saya seperti menemukan jati diri saya yang lain, saya berfikir
untuk merubah haluan, karena saya tahu seandaianya saya menjadi insinyur
sungguhan pun, saya tidak akan terlihat menarik untuk dilirik perusahaan
berisikan insinyur.
Kecuali
saya adalah insinyur dengan profesi yang tidak keinsinyuran.
Intermezzo:
Tanda
tangan, di akhir tanda tangan saya menuliskan huruf “IR”, tahukah bahwa inisial
tersebut selain berartikan nama belakang saya, itu juga berarti insinyur,
doktrin kuat dalam diri saya nanti saya akan menjadi insinyur. Agak alay
memang, tapi ini tanda tangan sejak sekolah dasar. Semenjak setahun belakangan
saya berfikir untuk merubah tanda tangan saya yang alay itu menjadi lebih
simple dan elegan, tapi setelah saya tanyakan ke pihak bank [saat itu sedang mengurus kehilangan ATM] mengenai rencana
ini mereka bilang akan susah nantinya. Saya urungkan niat mulia saya ini.