“orang-orang yang memiliki fisik biasa seringkali ingin dianggap luar biasa. Namun, orang-orang yang memiliki fisik luar biasa hanya ingin dianggap biasa.” (Prof. Dr. Soeharo, pendiri kantor saya saat ini)
Sebelumnya saya kasih clue dulu kenapa akhirnya saya bisa buat tulisan ini. Saya bekerja di sebuah intitusi negara yang (katanya) sangat sosial. Tempat kerja saya bukan gedung mewah yang menjulang tinggi dan berada di tengah ibukota tercinta. tempat kerja saya hanyalah bangunan yang terletak dilahan seluas 5 ha (kalo gak salah, soalnya gak pernah saya ukur juga sih), hanya bertingkat 2 dan berada sangat “dekat” dengan Monas, sekitar 1 jengkal jika diukur di peta. Ya, tempat kerja saya adalah sebuah balai rehabilitasi bagi orang-orang dengan fisik luar biasa. Ngerti kan?Gausahlah saya jelasin lagi.hehehe.. Disinilah orang-orang dengan fisik luar biasa itu dilatih untuk memiliki ketrampilan kerja untuk bekal hidup mereka selanjutnya. Ada yang dilatih menjahit (bahkan saya yang punya jari lengkap aja kalo jait baju yang bolong dikit jeleknya minta ampun hasil jahitan saya), membordir, membuat handycraft, fotografi (saya sering jadi korban candid cameranya mereka loh), reparasi motor, membuat furniture bahkan membuat alat bantu untuk mereka sendiri. FYI, mereka usia produktif loh, 17 sampe 35 tahun.
Waktu awal-awal saya kerja, bawaannya sedih melulu dan saya merasa kasihan pada siswa-siswa saya (siswa adalah sebutan bagi orang-orang yang direhabilitasi disini). Karena setiap hari saya harus berinteraksi dengan orang-orang luar biasa itu. Tapi berkat mereka, saya jadi lebih tau artinya bersyukur. Saya sangat berterimakasih kepada Tuhan karena masih mengizinkan saya menggunakan tubuh ini dengan komposisi yang lengkap tidak kurang apapun dan tanpa alat bantu. Tapi seiring berjalannya waktu saya tidak lagi merasa sedih ataupun kasihan terhadap mereka, tapi saya bangga dan salut. Dengan fisik yang tidak sempurna, mereka tidak menyerah dan memanfaatkan "keluarbiasaan" mereka untuk mengemis dijalan. Tidak sama sekali. Mereka belajar, berlatih dan siap untuk mandiri setelah lulus dari balai rehabilitasi ini.
Kalo lagi keliling kantor, saya suka merasa lucu, karena sering kali melihat siswa dan siswi saya yang mojok berduaan. Lucu ya kalo liat orang pacaran..(ngiri sih sebetulnya.hehehe)..
Tapi bukan itu point saya..
Hari ini ketika saya sedang mengerjakan sesuatu dengan salah seorang pekerja sosial di bagian saya, ada sepasang perempuan dan laki-laki masuk ke ruangan saya. Yang perempuan menggunakan rok panjang dan berjalan agak pincang dan si lelaki menggunakan kemeja lengan panjang dengan lengan kiri dimasukkan ke celana (tau kan maksud saya?). Seperti biasa, dengan keramahan yang amat sangat yang saya punya (narsisdotcom), saya menyambut mereka dan mempersilahkan mereka untuk masuk dan tentunya duduk. Mereka memberikan beberapa undangan pernikahan untuk dibagikan ke beberapa staf di bagian saya. Ketika saya tanya siapa mereka, ternyata mereka adalah alumni balai rehabilitasi tempat saya bekerja yang lulus pada tahun 2009. Wah, ternyata mereka cinlok. Biasa aja sih. Tetapi ketika saya lihat kebawah, kearah kaki si perempuan tentunya, saya langsung takjub.Subhanallah, Tuhan itu adil. Menciptakan hitam dan putih, siang dan malam, baik dan buruk. Ketika mereka menikah nanti, tangan lelaki yang hanya tinggal sebelah kanannya saja akan dilengkapi oleh kedua tangan cantik calon istrinya itu. Dan kaki kiri si perempuan tersebut pun akan dilengkapi oleh kedua kaki yang kuat dari calon suaminya itu.
Menurut si perempuan, banyak yang menyangsikan hubungan mereka karena keterbatasan fisik yang mereka punya. But who knows, jodoh bukan ditangan tukang sayur. Tanggal 18 Mei 2011 ini mereka akan menikah dan akan menetap di Kalimantan setelah menikah.
Ini sebuah pelajaran berharga untuk saya. Bahwa cinta itu gak hanya soal fisik yang sempurna. Berkaca dari pasangan tersebut, menerima pasangan tidak hanya dari apa yang ia miliki tetapi juga menerima apa yang tidak ia miliki. Pengertian dan rasa saling menerima itulah yang membuat cinta menjadi sempurna.
Ini hanyalah sepenggal kisah dari kehidupan-kehidupan di tempat saya mengais rejeki.
I dedicated this story to Mba Nana dan Mas Basman (The Couple) you are really insipire me..and Fredy Edrian.
Surakarta, 11 Mei 2011
liat dari judulnya aja udah bikin saya ineterest. tulisan ini memberikan saya pelajaran untuk mensyukuri hidup lebih dan lebih. tidak memandang orang lain sebelah mata, dan belajar menghargai pasangan kita apapun kondisinya, belajar untuk melengkapi satu sama lain, kekurangannya kita jadikan sebagai kelebihan. ya, makasi mikania miranti, my sister..