Puncak rangakaian kegiatan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan dalam rangka memperingati hari bumi berakhir dengan diadakannya Talk Show Green Heroes “Heal and Return Our Earth Soul”. Acara ini menghadirkan beberapa pahlawan yang turut serta aktif berkontribusi dalam penyelamatan ligkungan. Sebelum acara inti dimulai, dihadirkan narasumber dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Aktifis Greenpeace, dan akademisi Bapak Eka Bagus, selaku dosen Undip yang banyak menjelaskan mengenai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan),
menurut sumber, tingkat laju deforestasi Indonesia adalah 1,8 juta hektar per tahun atau sekitar enam lapangan sepak bola hilang setiap semenitnya. Kejadian seperti ini mencatatkan Indonesia ke dalam rekor dunia (Guinness World Records) pada tahun 2008, sebagai negara dengan tingkat kehancuran hutan tercepat di dunia, menakjubkan, dan merupakan prestasi yang amat disayangkan. Selain itu, mewabahnya ulat bulu yang sering kita dengar akhir-akhir ini merupakan salah satu contoh keseimbangan ekosistem kita telah terganggu.
Aktifis Greenpeace mengatakan bahwa untuk mencegah dan meniadakan global warming yang perlu dilakukan adalah menghilangkan satu spesies (baca: manusia). Ya, mustahil memang, karena menghilangkan satu spesies ini berarti kehidupan dunia habis sudah. Jadi, untuk menghindari efek global warming sangatlah tidak mungkin, global warming pasti terjadi, yang bisa dilakukan hanyalah memeperlambat.
Untuk memperlambat efek global warming, manusia-manusia yang peduli dengan lingkungan sangatlah diharapkan, dalam acara Gren Heroes ini, HMTL Undip menampilkan tiga pejuang yang aktif dalam penyelamatan lingkungan hidup.
Sumber foto: kesemat.blogspot.com
Pertama, Bapak Sururi, pejuang mangrove Mangunharjo. Bapak usia 52 tahun ini, mulai menanam mangrove pada tahun 1999 ketika kerusakan tambak dan mangrove milik petani banyak terjadi kerusakan. Hingga saat ini, Bapak Sururi sudah menanam lebih dari 1.700.000 mangrove melalui gerakan Ayo Tanam Mangrove (ATM) yang digalakkannya. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari menanam mangrove, diantaranya menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi), peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, pengendali banjir, memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2 serta mengurangi resiko terhadap bahaya tsunami.
Sumber: http://www.kickandy.com
Kedua, Bapak Bambang Suwerda, beliau pernah tampil di Kick Andy. Sejak acara dimulai hingga akhir, beliau mengenakan tas ransel daur ulang ulang yang terbuat dari bungkus mie yang sudah tidak terpakai, terlihat sederhana tapi kreatif dan bermakna. Bapak Bambang merupakan pencetus berdirinya bank sampah yang akhirnya mengantarkan beliau mendapat pengahargaan Kick Andy Heroes dengan kategori lingkungan. Bank Sampah ini dimulai di sekitar warga Jogjakarta. Warga yang ingin menabung di bank sampah dibuatkan nomor rekening dan buku tabungan untuk memudahkan pengadministrasian. Cara menabung di bank sampah yaitu dengan langsungmenabung melalui RT masing-masing. Warga langsung datang ke Bank Sampah dan menabungkan sampahnya di bank. Kemudian teller melabelkan dan mencatat sampah yang masuk dan dimasukkan ke dalam loker bank sampah. Setelah menabung, warga diberikan uang sesuai dengan sampah yang ditabungnya dan nanti penabung akan diberikan surat tanda terima menabung. Uang tersebut nantinya dapat diambil setiap 3 bulan agar uang yang diperoleh dapat terasa.
Manfaat yang dapat diambil dar bank sampah ini, selain menyelamatkan lingkungan, juga menanamkan nilai edukasi bagi anak, karena di dalam buku tabungan, yang tertera adalah nama anak, anak-anak merupakan aset penyelamat lingkungan selanjutnya di masa depan.
Pejuang terakhir, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Dini Hajarrahman, pendiri generasi “Hidup Idealis Tanpa Merusak Bumi”. Mahasiswi multitallent ini menunjukkan kecitaannya pada lingkungan dimulai dari hal-hal kecil yang zero waste, mulai dari membawa tempat minum sendiri tanpa harus selalu membeli botol minum, tidak menggunakan degradable plastic, dini membawa tas kecil seperti plastik namun berbahan kain yang dapat dilipat kecil, dan selalu bimbingan skripsi dengan menggunakan kertas bekas. Dini Hajarrahman juga akan menggalakkan program harga kertas bekas bagi fotokopi di sektar Tembalang.
Dari green heroes, kita dapat melihat bahwa mereka menjadikan Go Green sebagai Life style, mulai dari hal-hal kecil dan mulai dari diri sendiri untuk memerlambat efek global warming yang sudah mulai terasa saat ini. Hidup Go Green!
[sinta]