Ada empat kata di judul yang
saya buat.
Kacang: sebutan untuk biji yang
berukuran relatif lebih besar dibandingkan serealia dan digunakan sebagai
bahan pangan. Pocong: sejenis hantu yang bisa
dikatakan seperti lollipop atau guling, bisanya meloncat. Tembalang: sebuah kecamatan di mana
beberapa universitas terkumpul berdekatan satu sama lain di sana, terletak di
kota Semarang, Jawa Tengah. Bahagia: suatu keadaan yang ditandai
dengan kesengangan, kegembiran, kesumringahan atau yang lainnya.
*kebanyakan di kutip dari google.
Jadi Kacang Pocong Tembalang
Bahagia menurut pengertian di atas jika dirangkum akan menjadi: sejenis hantu
jadi-jadian menyerupai permen lollipop yang sedang menjual kacang (kacang dalam
arti sesungguhnya, bukan kacangnya pocong) beraneka rasa dan menjualnya di area
Tembalang (tepatnya di seberang Politeknik Negeri Semarang) dengan raut wajah
dan gerak fisik yang menunjukkan kesumringahan, entah bagaimana isi hatinya.
Ini yang kesekian kalinya
saya melihat wujud Pocong ini di Tembalang, tapi ini adalah pertama kalinya
saya memberanikan diri menunjukkan batang hidung saya di depan pocong ini. “Hai,
Mba Kece!”
Langsung ajalah, “Mas,
jualan apaan? Boleh foto gak?” tanya saya.
Pocong menjawab “Jualan
kacang, mbak. Ada rasa BBQ, rasa ini itu ini itu. Boleh foto kok, Mbaknya suka
main twitter ga? Kalo iya mention nanti ya, Mbak. Banyak yang suka ngecengein
(menghujat) saya kok disitu”
Wow, strategi marketing
macam apa yang di buat Kacang Pocong, asal tahu saja kalo Sang Pocong, sebagai
agent kacang sangatlah misterius, berjualan sesuka hati, tak tentu hari.
Waktu itu, pertama kali,
saya dan seorang teman wanita yang lebih penakut dari saya melewati jalanan di
mana pocong itu berjualan. Hening, sepi, di bawah pohon, dan tidak ada
penerangan, hanya meja dan kain putih lollipop. Berkali-kali saya ucapkan “astaghfirullahaladzim”
sembari minta perlindungan dari Yang Kuasa, karena saya dan teman saya awalnya
sama-sama tidak tahu itu apa, lalu diikuti "Semprul, apaan tuh? Lo liat ga? Apa gw doang yang liat?"
Kesekian kalinya, Pocong mulai berinovasi, kadang menggunakan jubah berwarna pink atau hijau (tak lupa
kuncirnya) ditambah lampu berwarna putih. Malah malam ini ketika saya melewatinya,
Pocong ini memakai jas berwarna cream dan kacamata hitam, lebih humanis
begituh. Tiga kali bolak-balik lewat si Pocong, tiga kali pula pocong ini
dadah-dadah manis ke saya, sungguh manis, kutukan yang membahagiakan.
Mungkin suatu saat saya akan
menginterview Pocong yang berbahagia ini mengenai kacangnya dan apa motifnya.
***
Oke, pocongnya sudah saya interview, bahkan saya beli kacangnya. Kacang pocong memulai bisnisnya delapan bulan yang lalu (Agustus 2013) dengan menitipkannya ke kafe dan warung, lalu merambah dagangan dengan stand pertamanya di Tembalang sejak tiga bulan yang lalu (Januari 2014). Kacang pocong mulai bergentayangan jam 7pm s/d 10 pm, atau sampai kacangnya habis.
Sejarah singkatnya begini, pocong ini adalah seorang pemuda yang dahulu belum memiliki pekerjaan, hingga akhirnya ada seseorang yang (ia juga lupa siapa itu) memberinya sebongkah kacang, ia goreng, ia bungkus seadanya dengan plastik dan karet, lalu dijualnya kacang itu.
Ia memikirkan bahwa kacang ini akan sukses, maka dari itu ia membutuhkan sebuah branding yang akan membesarkan kacangnya haha. POCONG-lah yang hingga kini menjadi namanya, karena sewaktu belum ada modal ia membungkusnya seperti pocong dengan ikatan diatasnya.
Beratapkan langit dan berkainkan kafan, pocong memulai harinya sebagai pocong gentayangan, namun justru respon negatif yang didapatkan dari masyarakat, banyak keluhan dateng, histeris tahap akut dan semacamnya. Sampai suatu ketika, ada warga yang melapor ke Pak RW, ia ditegor. Lalu ada lagi yang melapor ke Polisi, ia ditegor lagi. Inovasi demi inovasi dilakukannya supaya diterima masyarakat, mulai dari mengenakan kain pink, kuning, atau hijau, ditambah penerangan berupa emergency lamp, namun keluhan masih saja datang, lengannya harus keliatan katanya, jadilah Pocong Kacang sekarang ini. Karena momen pocong pelangi sudah tidak memungkinkan untuk saya dapatkan lagi dan kebetulan ada yang pernah posting di sini, di sini, dan di sini, (maaf kalo ada customer yang bersangkutan fotonya saya merahin).
Menunya juga ternyata macam-macam: Kacang Goreng Hotsweet BBQ, Mummi Kering, dan Owl Roll.
|
Sumber
Kalo ini penampakkan kacang yang saya beli:
|
Btw, mas nya juga sempet curhat karena melihat plat motor saya "Mbak dari Jakarta ya? Saya juga lho dari Jakarta, dari LA (baca: EL EIY). Tapi besar di Semarang (mungkin Meteseh)"
Akhirnya, berkat kegigihan pocong muda ini, cabang kedua akan bergentayangan dalam jangka waktu dekat. Congrats, cong!
***
update terbaru: pocong joget-joget, kayanya ada suara musik juga.