Sumber Gambar |
Mungkin karena saya sedang bergelut dengan tugas akhir, dimana
pencarian masalah untuk penelitian sangat menarik dilakukan. Sampai akhirnya
begitu banyak masalah datang menghampiri. Bahkan selimut yang dilipat tidak
sesuai sisi-sisinya atau kursi lipat tidak dilipat dan ditempatkan dengan
keadaan yang tidak saya inginkan akan saya jadikan masalah.
Belakangan, seseorang yang mendiami tempat saya berlabuh saat ini,
yang sudah saya anggap sebagai ibu, karena kalo lapar tak tertahankan dan
keuangan mulai menyusut, beliau lah orang yang cari. Baru-baru ini, sang ibu mengeluhkan
panasnya kota Semarang yang membuat keringat mengalir seperti tetesan gerimis.
Saya hanya bilang “Namanya juga kemarau, Bu.”, pernyataan saya dilanjutkan
dengan “Ya tapi jangan lama-lama dong, nanti sumur di rumah ibu kering, ga ada
air lagi. Apalagi sekarang banyak rumah yang pake sumur bor.” Saya mulai
mencondongkan badan ke arah ibu, lalu otak saya mulai berimajinasi. Imajinasi..
sambil membentangkan kedua tangan di atas kepala membentuk pelangi seperti
spongebob. Kalo tidak tahu
episode spongebob yang itu ya sudah.
Ternyata perkataan dosen saya yang mengatakan bahwa semakin
banyaknya perumahan yang mulai membuat bor pribadi akan merusak ekosistem
adalah benar, saya baru sadar. Dan ternyata orang terdekat saya sudah mulai
mengalami bencana ini. Ini mulai gawat!
Aang bilang kalo bumi punya empat elemen: air, tanah, api, udara.
Dahulu, air yang ada di dalam tanah adalah sesuatu yang bebas (free goods)
alias dapat dipakai secara bebas tanpa ada batasan pemakaian. Tapi kondisi
telah berubah dan mengakibatkan air tanah menjadi sesuatu yang dikomersilkan. Jangan sampai hal ini terjadi pada
udara.
Sejujurnya, saya belum terlalu banyak mencari (googling) solusi
alternatif yang logis ataupun tidak logis [seperti penutupan pabrik kendaraan
bermotor] dalam mengatasi permasalahan sumur bor ini, tapi alangkah indahnya
jika ada yang mau mendiskusikan.
Terlalu banyak intro sepertinya.
Baiklah, air tanah yang berada di bawah permukaan tanah adalah
suatu bentuk kekayaan alam, sayangnya keberadaan air tanah ini tidak merata di
setiap tempat, jadi diperlukan suatu strategi untuk menemukan titik temu
keberadaan air, dan untuk memanfaatkannya diperlukan suatu teknologi yang bernama
sumur bor. Keberadaannya pun terbatas, apalagi di saat hujan tiada turun
menghampiri bumi.
Tulisan ini beberapa saya kutip dari paper Bapak Dr. Heru
Hendrayana dari Teknik Geologi UGM mengenai Dampak Pemakaian Air Tanah (sumber).
Berikut ini merupakan sekilas tulisan mengenai dampak pemakaian air tanah dari
Bapak Heru, yaitu:
· Penurunan
muka air tanah
Jelas, air tanah yang dimanfaatkan terus-menerus menyebabkan
pernurunan muka air tanah.
· Intrusi air laut
Intrusi air laut berarti pergeseran air tanah dari laut ke daratan
akibat air di sekitar pantai terganggu.
· Amblesan tanah
Terjadi akibat pengambilan air tanah yang berlebihan. Saya sempat
berfikir, mungkin lama-lama bisa ada rumah yang ambles ke bawah karena terlalu
banyak yang pake sumur bor ini.
Bagian ini saya ambil dan ringkas dari blog Bapak Suherdi (sumber).
Baik sumur galian atau sumur bor mengandung air tawar, dan daerah
di Pulau Jawa ini banyak mengandung batu sedimen dan endapan lumpur, galian
atau bor yang dilakukan dapat mengakibatkan terbentuknya rongga-rongga dalam
jumlah yang banyak, dampaknya membuat air laut terdorong masuk ke dalam, dan
air tawar mulai terksploitasi. Lama-lama air sumur bor akan menjadi payau
(campuran tawar dan asin), sadarkah suatu saat nanti akan terjadi krisis air
bersih?
Sumur bor tidak bisa dieksploitasi terus menerus, harus ada aturan
yang menunjang mengenai jarak sumur satu dengan yang lainnya. Tidak harus
setiap rumah di setiap perumahan memiliki sumur bor.
Kelak kau harus berfikir suatu hari cicit dari cicitmu akan
mengalami dampak atas apa yang kita perbuat.
Little comment for better future!