Rasa-rasanya tulisan saya belakangan ini agak serius, let me think
about something different, something I like the most, about music in Indonesia.
Wohooo!!
Bisa mendengar adalah anugerah, mendengar musik yang disukai juga
termasuk anugerah, senang bukan mendengar sesuatu yang menyenangkan telinga
lalu merasuk sampai ke hati?
Saya sudah agak lama mengangguri playist musik di kamar dengan
volume speaker super keras [efek pernah di protes], kerinduan ini akhirnya
berbalas, berbalas karena saat ini saya kembali mendendangkan berbagai macam
alunan musik, dan lagi-lagi tidak berapa lama kemudian teman datang
mendatangi kamar dan berkata “kenceng amat lo” kemudian pergi dari kamar,
kemudian masuk kamar saya lagi. Saya yakin karena musik ini bukan alirannya,
kalo sealiran juga kita pasti jedag jedug bareng. Teman kos yang lain pun
begitu “gw gak bisa nyanyi lagu lo, gak ngerti.” Ingin rasanya suatu hari nanti
saya punya suatu ruangan di rumah yang dindingnya saya tempeli karpet. Buat lesehan di dinding.
Dulu, saat saya dan mbak di kos sedang sama-sama patah hati [buka
memori], kita berdua untuk waktu yang lama dan beberapa kali melakukan adegan
yang biasa dilakukan orang-orang patah hati, tidur bersama di malam hari. Dan
kerokean bersama di siang atau sore hari, dengan remote tv sebagai mike. Dan
Sampai sekarang pun begitu. Jadi musik bagi saya adalah suatu wujud
pengekspresian diri atas kegundahgulaan.
Mari saya perkenalkan artis penghibur tak beroyalti ini. Saya mbajak di google atau minta temen.
Maaf kalo begitu.
Maliq & D’Essentials
Grup band ini punya gitaris yang gantengnya bukan main, namanya
Lale. Setiap konser, Lale selalu jadi hiburan untuk wanita-wanita macam saya
ini haha. Senyum dan pimples-nya bukan main, bikin geregetann! Maaf salah fokus.
Maliq, Music and Live Intrument Quality, menyatakan dirinya
memiliki aliran musik pop, soul, funk, rock, jazz, dan blues. Apapun itu, saya
suka sama semua lagu di semua albumnya. Band ini berdiri tahun 2002, dan udah
beberapa kali ganti personel, termasuk si Lale ini, dia gantiin Satrio Alexa
main gitar. Dan Ilman Ibrahim yang gantiin Ifa sebagai keyboardist. Semuanya
udah nikah, kecuali Lale. Salah fokus lagi.
Tujuh album sudah dikeluarkan, dan album terakhir bernama Setapak
Sriwedari. Salah satu lagu di albumnya bikin saya pengen cepet-cepet, ya cepet
itulah. Judulnya Inilah Kita. Sudahlah, gak fokus.
The Groove
Tujuh tahun berlalu, akhirnya di tahun 2013 ini The Groove
menunjukkan lagi batang hidungnya dengan new album Kusambut Hadirmu yang
release Mei 2013 lalu, kombinasi suara Rieke Ruslan yang tinggi dan Reza yang
rendah, saya susah mengutarakan imajinasi yang saya dengarkan. Lagu dan
musiknya enak banget. Gak semua lagu saya dengerin si, tapi yang paling saya
suka dan denger berulang-ulang itu: Dahulu, Sepi, Hanya Karena Cinta, Satu
Mimpi, Khayalan, Katakan Dengan Cinta.
The Groove sudah ada sejak jaman saya SD, seinget saya waktu itu,
kalo liat video klip nya di TV, Reza sang vokalis pria suka sekali bernyanyi
sambil menggoyangkan kaki semacam Elvis Presley.
Barry Likumahuwa Project (BLP)
Mati saja! Bukan saya meminta anda untuk mati, itu lagu pertama
yang saya dengar dari BLP, teman yang menyanyikan langsung untuk saya, sweet
kan? Saya newbie di sini, jadi gak tahu banyak tentang Barry. Tapi Barry ini
punya bapak yang namanya Benny, musisi jazz juga. The
apple doesn't fall far
from the tree, does it?
Barry ini punya komplotan yang akhirnya dia beri nama Barry
Likumahuwa Project, diusung tahun 2006. Musiknya menggabungkan jazz fusion,
funk/soul rhytm dengan jazz harmony dan melody, dan membaurkan dalam bentuk
rock and roll. Nah lho gak mudeng?! Modal copas sedikit dari sini.
SORE
Ini band indie asal Jakarta, pertama kali nonton pas lagi nonton
konser Maliq di Bandung tahun 2009, SORE jadi band pembuka, saya diam dan
pura-pura goyang aja waktu itu. Ternyata lagunya enak-enak, tapi berlalu gitu
aja abis konser. Beberapa tahun berikutnya saya baru punya full album mereka.
Salah satu yang recommended adalah Somos Libres. Dengarlah!
Mocca
SMP awal mocca sudah menggema di telinga, musiknya yummie
didenger. Dan untuk pertama kalinya saya tahu alat musik flute dari Arina sang
vokalis. Sewaktu saya masih berkelana di Bandung, perdana konser mocca yang
saya ikuti bersamaan dengan sore dan maliq membuat saya wow, lagi-lagi Arina
sang vokalis tidak hanya beratraksi dengan alat musik flute-nya, tapi juga
melakukan tap dance. Tap dance adalah salah satu jenis tarian yang mengandalkan
bunyi dari kaki yang dihentakkan ke lantai dengan menggunakan sepatu khusus.
Nanti malem ada konser Mocca di Semarang, apa daya, pundi-pundi
rupiah yang saya punya tidak mendukung.
White Shoes and The Couples Company (WSATCC)
Saya heran kenapa ada yang bikin nama sepanjang ini untuk sebuah
band. Sudahlah, selama bisa diucapkan dalam satu napas. Kalo pernah melihat
video klipnya, WSATCC ini memainkan peran dan lagunya sebagai sosok yang jadul,
era tahun 70-an. Jadul sekali. Tapi musiknya enak bukan main. Kalo tidak salah,
single pertamanya Senandung Maaf, lalu Windu Defrina.
Let us Jedag-Jedug!