Monday, October 21, 2013

Konsep Bahagia

,
Tadi siang, saat makan siang, saya dan otim menghabiskan waktu siang bersama untuk melahap makan siang. Di tempat itu, semilir angin panas berhembus menerpa wajah kami berdua. Kami membicarakan banyak hal, kami membicarakan cita-cita kami, sampai “Aku mau membahagiakan ibu” Ujar Otim.

Saya menimpali dengan cukup serius “Bahagia seperti apa? Nanti kamu kerja, kamu sibuk, justru waktu dengan ibumu akan semakin berkurang? Bahagiakah ibumu?”

Otim berpikir sejenak lalu mengatakan “Bahagia berarti tidak ada kekhawatiran yang ditunjukkan oleh raut wajah ibu”

Boleh saya katakan kalau setiap orang punya konsep bahagianya masing-masing. Teman SMA saya, saat ujian akhir menjelang ia berusaha belajar keras mencoba memanfaatkan setiap waktu senggang untuk latihan soal, sampai ketika sang ibu meminta sesuatu anak ini tidak dapat memenuhi permintaan ibunya, dan ibunya mulai menggertak “Umi gak butuh anak pinter, umi mau anak umi nurut sama umi”. Konsep bahagia ibunya adalah sang anak menuruti ibunya.

Ibu saya sendiri merasa bahagia jika nilai-nilai saya menjulang, seperti ada rasa kepuasan di dalam hati yang membuncah. Saya ingat ketika di semester tiga saya mengalami keterpurukan, Indeks Prestasi tidak mencapai tiga, mendekati angka satu malah. Saat itu, saya langsung menghubungi ibu dengan nada memelas dan berharap dikasihani. Malang nian, ibu berkata “Kok bisa? Kan sudah difasilitasi segala macem..” Ah, hati mana tidak teriris, baru hitungan minggu saya mendapat kiriman laptop, setelah sebelumnya bergulat dengan komputer tua yang sering mendadak mati. Alhamdulillah, dari tiga mata kuliah berhurufkan D, saya berhasil memperbaiki dua diantaranya, satu karna nasib tugas saya yang hilang berhasil ditemukan, dan satu lagi karna saya berhasil menggugat karna salah input nilai. Ibu sedikit menyunggingkan senyumnya, IP saya menjadi nyaris tiga.

Ibnu lain lagi, konsep bahagia ibu dan keluarganya bukan pada nilai-nilai yang ada di dunia perkuliahan. Ibnu juga pernah mengalami masa-masa terpuruknya saat IP nya mendapat predikat nasakom (semoga tidak ada yang mengenalmu, nu), Ibnu sampai bersujud dihadapan sang ibu “Maafin aa, IP aa cuma segini, Ma.” Ibunya malah berkata “Gapapa, yang penting aa sehat.” Baru-baru ini Ibnu malah disuruh cepet nikah, sang ibu ingin segera menimang bayi katanya. Konsep bahagia ibunya Ibnu adalah Ibnu segera menikah dan punya anak.

Saya ingin membuat konsep bahagia saya sendiri, saya ingin membuat saya mengerjakan apa yang saya suka sehingga membuat orang-orang disekitar saya bergerumul merasakan yang saya kebahagiaan yang saya rasakan.


Seperti membuat tulisan di blog ini.

1 comments:

  • October 21, 2013 at 9:02 PM
    Unknown says:

    Subhanallah, ternyata kebahagiaan itu relative tergantung dari orang nya, dan alhamdulillah postingannya cukup menginspirasi (y)

    delete