Tadi siang, saat makan
siang, saya dan otim menghabiskan waktu siang bersama untuk melahap makan
siang. Di tempat itu, semilir angin panas berhembus menerpa wajah kami berdua. Kami
membicarakan banyak hal, kami membicarakan cita-cita kami, sampai “Aku mau
membahagiakan ibu” Ujar Otim.
Saya menimpali dengan cukup
serius “Bahagia seperti apa? Nanti kamu kerja, kamu sibuk, justru waktu dengan
ibumu akan semakin berkurang? Bahagiakah ibumu?”
Otim berpikir sejenak lalu
mengatakan “Bahagia berarti tidak ada kekhawatiran yang ditunjukkan oleh raut
wajah ibu”
Boleh saya katakan kalau
setiap orang punya konsep bahagianya masing-masing. Teman SMA saya, saat ujian
akhir menjelang ia berusaha belajar keras mencoba memanfaatkan setiap waktu
senggang untuk latihan soal, sampai ketika sang ibu meminta sesuatu anak ini
tidak dapat memenuhi permintaan ibunya, dan ibunya mulai menggertak “Umi gak
butuh anak pinter, umi mau anak umi nurut sama umi”. Konsep bahagia ibunya adalah
sang anak menuruti ibunya.
Ibu saya sendiri merasa
bahagia jika nilai-nilai saya menjulang, seperti ada rasa kepuasan di dalam
hati yang membuncah. Saya ingat ketika di semester tiga saya mengalami
keterpurukan, Indeks Prestasi tidak mencapai tiga, mendekati angka satu malah. Saat
itu, saya langsung menghubungi ibu dengan nada memelas dan berharap dikasihani.
Malang nian, ibu berkata “Kok bisa? Kan sudah difasilitasi segala macem..” Ah,
hati mana tidak teriris, baru hitungan minggu saya mendapat kiriman laptop,
setelah sebelumnya bergulat dengan komputer tua yang sering mendadak mati. Alhamdulillah,
dari tiga mata kuliah berhurufkan D, saya berhasil memperbaiki dua diantaranya,
satu karna nasib tugas saya yang hilang berhasil ditemukan, dan satu lagi karna
saya berhasil menggugat karna salah input nilai. Ibu sedikit menyunggingkan
senyumnya, IP saya menjadi nyaris tiga.
Ibnu lain lagi, konsep
bahagia ibu dan keluarganya bukan pada nilai-nilai yang ada di dunia
perkuliahan. Ibnu juga pernah mengalami masa-masa terpuruknya saat IP nya
mendapat predikat nasakom (semoga tidak ada yang mengenalmu, nu), Ibnu sampai
bersujud dihadapan sang ibu “Maafin aa, IP aa cuma segini, Ma.” Ibunya malah
berkata “Gapapa, yang penting aa sehat.” Baru-baru ini Ibnu malah disuruh cepet
nikah, sang ibu ingin segera menimang bayi katanya. Konsep bahagia ibunya Ibnu
adalah Ibnu segera menikah dan punya anak.
Saya ingin membuat konsep
bahagia saya sendiri, saya ingin membuat saya mengerjakan apa yang saya suka
sehingga membuat orang-orang disekitar saya bergerumul
merasakan yang saya kebahagiaan yang saya rasakan.
Seperti membuat tulisan di
blog ini.
Subhanallah, ternyata kebahagiaan itu relative tergantung dari orang nya, dan alhamdulillah postingannya cukup menginspirasi (y)