Friday, December 20, 2013

Video Diary SAMA

,
Semarang, 18 Desember 2013. Hari itu tidak ada teman yang bisa menemani saya menonton di Bioskop XXI Paragon, jadi saya putuskan untuk pergi sendirian saja. Dan karena ketidaktahuan saya harus bertindak seperti apa untuk membantu teman-teman yang memiliki kekurangan fisik (disabilitas), lagi-lagi saya putuskan untuk menulis dulu saja, semoga tulisan saya bisa sedikit membantu.

Nonton Bareng Video Diary SAMA

Saya sungguh tergugah melihat teman-teman disabilitas yang punya kemauan keras untuk bisa diterima di masyarakat (karna kenyataannya banyak dari mereka yang mendapat perlakuan berbeda), apalagi semenjak kedatangan saya ke Sahabat Mata untuk bertemu dengan Pak Basuki.

Sebelumnya, saya ceritakan dulu apa itu SAMA (copy-paste dari brosur)
SAMA adalah program yang memberikan ruang dan peluang kepada penyandang disabilitas untuk menyuarakan persoalan dengan cara pandangnaya melalui video berbasis komunitas (video diary).

Melalui proses kreatif yang dilakukan secara mandiri, dan diharapkan dapat berkelanjutan ini, penyandang disabilitas dapat menyampaikan aspirasi mengenai ruang, peluang, dan perlakuan yang sama dan adil kepada masyarakat, khususnya bagi pengambil keputusan.

Lokakarya SAMA melibatkan 19 peserta penyandang disabilitas penglihatan, pendengaran, dan fisik untuk membuat video kampanyenya secara pastisipatif. Dalam SAMA, 22 peserta, termasuk 3 peserta non disabilitas, diajak untuk melakukan riset atasa persoalan, menulis, mengambil gambar (shooting) hingga editing dengan difasilitasi oleh para mentor dan fasilitator dari berbagai latar belakang – periset, penulis, fasilitator komunitas hingga dengan pekerja film.

Setelah pemutaran video selesai, diadakan sesi diskusi, teman-teman disabilitas yang ikut andil dalam pembuatan video ini menceritakan proses pembutannya. Seru sekali melihatnya, pertama kalinya bagi saya melihat secara langsung teman-teman dengan disabilitas yang berbeda ada di dalam satu ruangan, dan yang paling saya suka adalah melihat sign language interpreter, semenjak membaca buku Totto Chan saya ingin sekali mempelajari sign language. Seru rasanya bisa berbicara tidak dengan mengeluarkan suara. Yang tidak terbayang adalah saat teman-teman disabilitas ini berkomunikasi satu sama lain, bagaimana coba? Penyandang disabilitas pendengaran harus memakai bahasa isyarat untuk berkomunikasi, sedangkan disabilitas penglihatan tidak bisa melihat bahasa isyaratnya. Ternyata mereka melakukannya via SMS, disabilitas penglihatan terbantu dengan adanya screen reader di handphone. Wow!

Pembagian job dalam proses pembuatan menyesuaikan kepada teman-teman disabilitas. Tunanetra mengendalikan audio, tuna rungu dan tuna wicara mengendalikan kamera, masuk akal bukan? Tapi ada satu orang, Jejen seorang tuna netra, ingin sekali mengendalikan kamera, dia yakin bisa melakukan, dan akhirnya ia pun dipercaya sebagai cameramen. Kenyatannya, dia hobi sekali memfoto dan merekam sesuatu lewat handphone, lalu menguploadnya di you tube. “Pengukuran suatu objek dapat dilakukan dengan suara”, kata Jejen.

***

Ada dua video yang masing-masing berdurasi kurang lebih 15 menit. Video pertama Mana Aksesku? memperlihatkan teman-teman disabilitas yang belum bisa menikmati akses public yang memadai. Salah satu dari mereka menceritakan pengalamannya saat berjalan dan ia tidak mengetahui saat itu ada galian yang mengakibatkan ia hampir saja terjatuh masuk kedalamnya karena tidak ada tanda apapun yang ia ketahui untuk membantu melewatinya. Atau saat disabilitas fisik kesulitan menaiki tangga, ia berjuang berjalan dengan kursi roda atau tongkat, namun saat mencapai tangga mereka bertatih-tatih berusaha untuk menaikinya.

Yang menarik saat film ini diputar, ternyata ada satu dari mereka – Puti Irra Puspasari dengan disabilitas pendengaran – adalah seorang arsitek, yang sempat mengikuti sayembara desain halte busway, ia bertanya ke teman dengan disabilitas fisik bagaimana keadaan halte busway yang sekarang. Jelas mereka menjawab trap-nya terlalu tinggi, sulit saat menaikinya. Sang arsitek berkata dengan sign language-nya “saya tahu itu, saya sudah memikirkannya, tapi desain saya kalah”. Mereka semua iri dengan fasilitas yang disediakan pemerintah untuk disabilitas yang ada di luar negeri.

Video kedua berjudul Job (UN) Fair. Video ini menunjukkan saat seorang disabilitas penglihatan mengikuti job fair, ia kesulitan bukan main saat berada di sana, tidak satupun di video itu menunjukkan keantusiasan perusahaan untuk merekrut disabilitas, tuntutan pekerjaan tidak memungkinkan untuk disabilitas dan peluang di hire sangat kurang sekali. Padahal Menurut UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 1997, 1 persen dari 100 karyawan yang dimiliki oleh perusahaan Negara maupun swasta haruslah penyandang disabilitas. Di lain sisi, video ini juga menunjukkan teman-teman disabilitas yang berhasil bekerja di perusahaan. Di sesi diskusi, perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja mengatakan bahwa di Jepang hingga saat ini rutin melakukan job fair khusus untuk disabilitas. Sehingga job fair menjadi benar-benar fair.

Salah satu (mungkin) supervisor saat ditanyai bagaimana disabilitas saat bekerja di sana, ia mengatakan mereka lebih serius, fokus, dan tidak main-main saat bekerja. Sekali instruksi langsung dikerjakan, sehingga produktifitas mereka lebih tinggi. Pernyataan menarik dari salah satu disabilitas penglihatan yang kalau tidak salah ia juga seorang announcer “Tuna netra bukan cuma mijit dan main music aja, ada yang jadi penulis, dosen, dll.”

Saya melihat banyak sekali potensi yang dimiliki teman-teman disabilitas yang tidak dimiliki non disabilitas ini. Semoga suatu hari nanti, di saat kita sudah menjadi bagian dari pengambil keputusan, kita bisa melakukan sesuatu terhadap aspirasi yang mereka sampaikan di dalam video ini.

Kebutuhan setiap disabilitas memang berbeda, tapi jangan jadikan sebagai kendala, lihatlah sebagai tantangan.
Read more →

Bukan KKN Biasa (Edisi Mandi)

,
KKN kan identik sekali dengan hidup di desa dengan fasilitas terbatas, tapi yang saya lihat, justru banyak teman-teman saya mendapat kenikmatan kota saat melakukan aktifitas wajib 3 SKS dengan nilai yang pasti (hampir) A semua itu. Saya termasuk yang tinggal di desa. Bangga.

Keadaan desa tempat kami tinggal sebenarnya cukup baik, nyaman, sejuk, indah, aman, dan tentram. Kami (wanita) tidur dikamar yang pas diisi 5 orang beserta kopernya diatas karpet, tidak bisa saat tidur melakukan aksi salto atau jujumpalitan. Untungnya kami slim semua. Hanya saja, sebagai pihak wanita, kami terganggu dengan keadaan kamar mandinya.

Ini wujudnya..
Desain Kamar Mandi

Kamar mandi ini bergabung dengan tempat cuci-mencuci, kakus (apa itu bahasanya, tempat untuk menampung pup), dua bak besar (satu dekat kakus dan satu lagi lazim untuk cuci mencuci: bak ini juga mantan kandang sapi) serta memiliki dua pintu utama tanpa kunci. Di depan kakus terdapat kamar nenek yang tidak pernah keluar kamar, sebulan disana, kami tidak pernah melihat wajah nenek, hanya sering mendengar suaranya saja. Dinding kamar nenek yang berhadapan langsung dengan kakus ini hanyalah sebuah anyaman kayu, mungkin nenek bisa mengintip kalau ia mau. Di tambah lampu berwarna kuning remang sekali.

Hal mistis saat pertama kali kedatangan kami adalah mendengar suara nenek yang ada di dalam kamar, kami sedang jongkok, melakukan atraksi di atas jamban di pagi atau malam hari, lalu mendengar nenek bergumam atau mengatakan “Nanti disiram ya, nduk”. Bagaimana perasaan kalian mendengar itu, padahal sebelumnya kalian tidak tahu disana ada orang.

Mandi dilakukan setiap dua hari satu kali beramai-ramai, lengkap dengan baju dan celana. Alasan beramai-ramai agar kita bisa saling menjaga satu sama lain dari oknum yang tidak diinginkan. Sedangkan menggunakan baju dan celana lengkap saat mandi adalah demi menjaga keamanan penglihatan oknum (lagi).

Pernah suatu kali teman lelaki saya melihat salah seorang anggota keluarga tempat kami tinggal saat sedang mandi, tidak disengaja memang, maka dari itu diperlukan kewaspadaan tingkat tinggi saat berada di kamar mandi.

Lain lagi ceritanya saat salah satu dari kami sedang melakukan kegiatan harian untuk menguras isi perut. Sang kakek dengan asyiknya masuk lewat pintu samping, wajar saat itu ia berteriak dengan lantangnya “Bappaaaak!!” Si kakek dengan santainya tersenyum lalu jongkok, kemudian pipis. Dilanjutkan dengan mengambil air wudhu, lalu permisi keluar. Ya Tuhan..

Maka dari itu, gossip dosen pendamping tidak akan datang adalah hal yang menyenangkan, perjanjian dilakukan sedemikian rupa agar kami bisa pulang dan melakukan mandi besar-besaran saat pulang.

Kamar mandi ga bisa dijadikan alasan buat ga KKN lagi, ayo KKN lagi!

Read more →

Friday, December 6, 2013

Personal Branding a.k.a Pencitraan

,

Pencitraan
pen.cit.ra.an
(1) Sebuah usaha untuk menonjolkan citra terbaik di mata publik; (2) Usaha pembuktian keeksisan; (3) Menunjukkan apa yang dirasakan secara sangat berlebihan hingga tidak sesuai lagi.

Fakta

1.    Pencitraan awalnya adalah istilah yang digunakan bagi para politisi yang tiba-tiba jadi banyak berbuat amal menjelang pemilu. Hal ini digunakan untuk memperbaiki citra mereka di mata publik.
2.    Pencitraan mulai bergeser makna ketika social media seperti Facebook, Twitter, dan Foursquare mulai merajalela di Indonesia. Untuk pertama kalinya, user bisa memamerkan apa yang mereka rasakan/sedang makan/sedang lihat/sedang dipikirkan kepada banyak orang sekaligus.
3.    Pencitraan model baru ini semakin merajalela dengan semakin merajalelanya ponsel-ponsel yang bisa internetan di Indonesia. Ponsel-ponsel ini memungkinkan semua orang untuk update status dimanapun kapanpun tanpa perlu menunggu pulang ke rumah atau pergi ke warnet.
4.    Hal-hal yang paling banyak digunakan untuk pencitraan: Makanan, event, konser band, tempat, dan kegalauan.

Saya teringat ketika beberapa waktu lalu melakukan kunjungan ke Bandung untuk sekedar mendatangi undangan pernikahan seorang teman. Salah satu dari kami ingin meng-update status ke media sosial beserta lokasi saat itu kami berada. Yang pasti biar ada tulisan “in Bandung” begituh. Ternyata oh ternyata, sang telepon pintar tidak cukup pintar untuk meng-update keberadaannya. Saat ter-publish, lokasi disana malah tertulis “in Bekasi”, jadilah ia menghapus status nya dan akan melajutkan update statusnya saat tiba di Bekasi sambil menulis “habis dari Bandung”. It's such a funny thing, lol.

Atau saat pejabat tingkat atas negeri ini yang membuat sebuah iklan dengan tujuan membangun persepsi masyarakat, semua artis di iklan tersebut menyatakan anti korupsi dengan gagahnya. Pada kenyataannya satu per satu artisnya mulai memenuhi panggilan komisi pemberantasan korupsi. Ampuni kami, Tuhan..

Orang-orang banyak pula yang suka men-share masalah pribadinya untuk kemudian mendapat simpati orang lain atau memang dia hobi bercerita, entahlah. Ada quote dari Lou Holtz yang mungkin bisa direnungi para pemuda-pemudi yang hobi share perasaan di media sosial "Never tell your problems to anyone... 20% don't care and the other 80% are glad you have them."

Atau tentang peningkatan karir yang sudah dicapai seseorang saat sudah melakukan sesuatu? Tak apalah, menunjukkan kepuasan :)

Jadi ada apa dengan personal branding?
Personal branding baik kalo kita tahu batasannya (wise banget). Tapi lebih asik kalo orang lain mengenal kita apa adanya sebagai diri kita sendiri. “Aku tau kamu sampe jelek-jeleknya kamu, tapi aku suka temenan sama kamu.” Walaupun nunjukin diri sendiri lebih enak, ngaku gak ngaku, semua orang pasti melakukan personal branding, it should be, brow! Apalagi kalo ketemu calon mertua, eh.

Kalo kelebihan personal branding? Di muka umum terlihat elegan dan baik-baik sekali, tapi setelah ditelusuri ternyata banyak banget hal yang tidak sesuai, ga asik. Tapi dunia akan hampa tanpa manusia-manusia macam ini, semuanya datar. Don’t make your life flat as Chitato said “Life is never flat”. Terimakasih buat yang sudah mewarnai dunia ini dan dunia saya.

Sebenarnya sih tergantung persepsi kita gimana ngeliat orang-orang yang melakukan personal branding, whether it is good or not. Jutaan manusia bisa bikin jutaan persepsi. Tapi karena tadi saya lagi sensi, jadi yang begini juga bisa dijadiin bahan tulisan.

Keep your attitude is needed and important. But do it because you respect others and especially you respect yourself. Not because you need a 'recognition' and 'acceptance' of others. Don't be over personal branding!

For all. With Love. Peace, Love, and Gaul.
Read more →