Friday, August 26, 2011

Greenlifestyle dan Eco-Industrial Park

,


Memulai untuk menulis ini membuat berfikir ulang karena saya bukan orang yang menganut 100% greenlife style, tapi seenggaknya tulisan ini nantinya membuat saya termotivasi untuk hidup cinta lingkungan. Dari sisi kehidupan saya sebagai manusia biasa, saya sudah sedikit mengurangi penggunaan tisu saat makan di tempat makan, setidaknya saya memakai satu tisu dari awal untuk mengelap sendok-garpu sampai mengelap mulut di akhir makan. Sering juga belanja di indomaret tidak menggunakan plastik, walaupun katanya plastik indomaret sekarang ini termasuk biodegradable. Dan saya juga mulai mencoba untuk memakai tumbler kemanapun saya pergi, walaupun yang ini masih agak susah diterapkan. Penurunan yang saya alami ketika saya dikirimin motor, dulu saya angkot-ers, nebeng-ers, dan jalan-ers sejati, tapi sekarang saya sudah ketergantungan dengan motor saya dari jaman SMA itu, namun ada cara lain ubtuk berhemat ketika saya sudah punya motor itu, menurut sumbe dari komunitas pecinta lingkungan, mengisi tangki bensin sampai full tank akan jauh lebih hemat daripada membeli harga eceran seperti 5ribu atau 10ribu. Saya sudah merasakannya :D



Berbicara mengenai komunitas pecinta lingkungan, dari dulu saya tertarik untuk ikut bergabung, setidaknya sebagai volunter, yah kan keren memegang lambang aktivis lingkungan, walau akan jadi beban hidup karena tidak bisa macem2 untuk terus menggunakan plastik, kertas, tisu dan lain sebagainya. Semoga sebentar lagi cita-cita saya jadi aktivis lingkungan tercapai, ahiy!

Yang tadi saya bicarakan adalah posisi dimana saya hidup sebagai seorang manusia biasa, sekarang saya akan berbicara sebagai seorang intelektual yang cinta lingkungan [ehem]. Berawal saat saya tidak ikut presentasi bersama kelomok, yang akhirnya malah membuat saya terjerumus, tersiksa karena harus presentasi sendirian di depan dosen, tema waktu itu eco-industrial park. Kacau, karena dosen saya bilang kelompok saya salah menyampaikan maksud eco-industrial park. Ya, karena setelah saya cari tau sendiri, referensi terbanyak banyak didapatkan dalam bahasa Inggris. Hanya dikasih waktu semalam, saya mencari, menerjemahkan, memahami apa maksud tema tersebut, keterbatasan bahasa Inggris membuat saya gelagapan, sampai akhirnya saya minta bantuan teman saya yang waw: kang Adi, orang terpercaya karena semasa kuliahnya sudah bergelut di bidang-bidang seperti itu, sekarang malah kerja di dubes, yah keren kan? Back to the topic, dari kang adi saya mengerti apa itu eco-industrial park beserta bagan-bagan yang pernah ia jelaskan. Presentasi saya oke, ngejawab pertanyaan juga oke walaupun banyak ngaco alias sok tahu. Pemahaman mengenai eco-industrial park membuat saya ingin menciptakan suatu kawasan yang ramah lingkungan, zero waste. Jadi, kawasan ini memanfaatkan limbah dari satu unit ke unit lainnya, sehingga tidak akan ada limbah yang dihasilkan. Kawasannya bukan Cuma pabrik aja, ada perumahan, peternakan, macem2, lengkap pokonya.

Skema Eco-Industrial Park di Kalundborg, Denmark [sumber]

Nah, kaya gitu itu siklus di eco-industrial park di Kalundborg, Denmark, pencetus eco-industrial park yang udah berhasil dan jadi percontohan dunia. Bayangin semua limbah yang ada masuk buat jadi bahan baku di tempat lain, keren kan? Emang butuh dana yang gede banget di awal, tapi kalo dipikirin jangka panjangnya akan jauh lebih bermanfaat dan murah nantinya. Yang perlu kita ingat adalah global warming tidak bisa dicegah atau dihentikan, tapi kita bisa memperlambat prosesnya.
Read more →