Wednesday, April 10, 2013

Socrates dan Hakikat Cinta

,

"Ketika kau mencari kesempurnaan dalam cinta, sesungguhnya kau telah mensia-siakan cinta itu sendiri. Karena kesempurnaan itu hampa adanya."


Suatu saat, Plato bertanya kepada gurunya, Socrates.
“Wahai guru, apakah hakikat cinta itu?”
Alih-alih memberikan jawaban, Socrates malah menyuruh muridnya
“Sekarang kau pergilah ke hutan di sana. Carilah satu ranting yang menurutmu paling bagus. Apabila kau sudah menemukannya, artinya kau sudah tahu apa itu cinta”.
Pergilah Plato menuju hutan. Di dalam hutan dia menemukan banyak ranting, berjam-jam dia memilah-milah mana ranting terbaik. Setiap kali dia menemukan ranting yang menurutnya terbaik, baru beberapa langkah berjalan, dia meletakkan ranting yang tadinya dianggap terbaik dan mengambil ranting yang lain, yang dianggapnya jauh lebih baik. Hingga akhir sore tiba, socrates keluar dari hutan menemui gurunya.
“Setiap aku melangkah, selalu kutemui ranting yang lebih bagus. Aku ingin membawa pulang semuanya, tapi yang kau izinkan hanya satu sehingga membuatku bingung menentukan mana yang terbaik. Setiap kumelangkah, selalu ada ranting yang lebih bagus. Aku selalu mencari kesempurnaan tapi hasilnya aku tak pernah puas.”, tukas Plato.
Socrates menjawab, “Itu lah cinta”.
Plato masih penasaran dengan satu hal, pernikahan. Dia berencana esok akan bertanya kepada gurunya.
“Wahai guru, apakah hakikat pernikahan itu?”
Sama seperti kemarin, Socrates tidak memberikan jawaban namun menyuruh Plato.
“Sekarang kau masuk ke dalam hutan. Carilah pohon yang menurutmu paling kokoh kemudian tebanglah dan bawa padaku. Jika kau menemukannya, maka kau telah tahu apa pernikahan itu”.
Plato masuk ke dalam hutan dan beberapa saat saja dia kembali membawa sebatang kayu yang bisa dikatakan biasa-biasa saja.
“Kenapa kau bawa sebatang kayu itu?”
“Wahai guruku. Berdasarkan pengalamanku sebelumnya, aku tahu aku takkan pernah mendapatkan apa yang sempurna untuk diriku. Ketika aku melangkah masuk ke dalam hutan dan kupandangi pohon-pohon, pohon dari batang kayu inilah yang menurutku terbaik. Kalau aku melangkah masuk lebih dalam lagi, aku yakin pasti ada pohon yang lebih baik daripada yang ini namun aku tahu aku takkan pernah puas. Jadi kuputuskan untuk mencari pohon yang terbaik dari sekumpulan pohon yang pertama kali kulihat dan kuyakini bahwa pohon inilah yang terbaik.”
Socrates tersenyum, “Sekarang kau sudah tahu apa hakikat pernikahan itu”.
Ketika kau mencari kesempurnaan dalam cinta, sesungguhnya kau telah mensia-siakan cinta itu sendiri. Karena kesempurnaan itu hampa adanya.



Read more →