Wednesday, May 25, 2011

P A R K O U R

,

Agak sedikit asing memang. Mendengar nama parkour saja baru beberapa waktu ini. Yang saya ingat waktu itu, sewaktu di acara earth hour Semarang di daerah Peleburan, saya melihat sekumpulan orang-orang menunjukkan atraksi seolah-olah mereka terbang, saya ingat, di baju yang mereka kenakan bagian belakangnya tertulis “Fly to The Sky”. Sayangnya, ga ada cewe yang yang ikut :(
Setelah saya telusuri, ternyata Parkour merupakan seni berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lain dengan prinsip kemampuan tubuh manusia. Dan ternyata Parkkour sendiri punya sejarah yang unik. Berawal dari David Belle yang terispirasi dari ayahnya yang merupakan seorang pemadam kebakaran dan sering menceritakannya kisah-kisah kepahlawanan, david  ingin melatih efisiensi gerakan untuk membentuk badan dan pikiran seseorang untuk dapat menghadapi rintangan-rintangan dalam kondisi bahaya. Mungkin dalam kasus ini, bahaya saat bertugas di lapangan pas jadi pemadan kebakaran. Saat melakukan gerakan terbang di udara, yang dibutuhkan tidak hanya, pikiran yang matang pun sangat dituntut, jika tidak akan berdampak cedera.

Nilai-nilai kehidupan yang ada di dalam Parkour [dari wiki], diantaranya:
Seni untuk melewati semua masalah dalam track kehidupan
Dengan memakai prinsip dari Parkour, kita akan berusaha melewati rintangan obstacles tersebut dengan indah dan penuh control. Memecahkan masalah yang kita hadapi dengan efektif dan efisien. Semua manusia pasti mempunyai track kehidupannya masing-masing.
Melawan Rasa takut
Seseorang yang takut mencoba tidak akan berbuat apa-apa dan tidak akan menjadi siapa-siapa. Semua manusia pasti melewati proses seperti ini. Kalau kita tidak bisa melawan rasa takut, tidak akan ada kemajuan dalam kehidupan
Tapi ingat, ukur ketakutan dan keberanianmu dengan meteran nyali. Kalau kita terlalu berani, kita akan bertindak bodoh, ceroboh, bahkan celaka. Tapi, jika terlalu takut, kita tidak akan berbuat apa-apa. Jadi antara rasa takut dan berani harus seimbang.
Bangkit dari kegagalan
Saat kita mencoba suatu gerakan di Parkour, kita akan selalu mengalami kegagalan atau jatuh. Tapi kalo kita terus bangkit berdiri dan mencoba lagi, kita pasti akan bisa menguasai salah satu gerakan tersebut. Begitu pula dalam kehidupan. Intinya berani gagal alias berani jatuh. Coba lagi dan pelajari supaya tidak gagal dan jatuh lagi.
Flexibilitas dan fluiditas
Berlatih Parkour akan membuat diri kita flexible dan semangat kita terus mengalir. Begitu pula dalam kehidupan. Saat kita berada dalam lingkungan baru, kita berpikir untuk tetap flexible dan mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Walaupun lingkungan tersebut awalnya tidak membuat diri kita nyaman. Sedangkan fluiditas akan membuat diri kita mempunyai semangat yang terus mengalir untuk menjalani kehidupan walaupun mempunyai masalah yang berat.
Kreatifitas dan kebebasan
Dalam Parkour kita bisa berkreasi untuk menciptakan gerakan atau menggabungkan beberapa gerakan dasar menjadi gerakan baru tergantung kreatifitas kita. Hidup pun begitu, kita harus kreatif sehingga bisa berguna dan bermanfaat dalam kehidupan. Selain itu, Parkour juga mengajarkan kita untuk bergerak bebas menuju kebebasan tanpa melawan aturan.
Parkour menentang kompetisi
Sebuah kampanye datang dari beberapa praktisi Parkour tentang menentang keras adanya kompetisi dan rival di dalam Parkour. Kompetisi tidak sesuai dengan filosofi dan nilai moral dari parkour yang mengutamakan kebebasan. Kompetisi hanya akan mendorong seseorang untuk mengalahkan orang lain yang disaksikan oleh penonton atau hanya akan menambah keuntungan oleh beberapa corporasi yang hanya mengambil keuntungan dari Parkour.
Latihan Parkour bukan ditujukan untuk melawan atau mengalahkan orang lain. Parkour ditujukan untuk membantu orang lain sehingga manusia mempunyai cara berpikir moderasi (sederhana) dan memiliki ketahanan fisik yang lama.

parkour indonesia
parkour semarang di group facebook
parkour semarang blogsppot
penjelasan parkour dari seorang chef
Read more →

Tuesday, May 17, 2011

cerita sedih dari ITB

,

Perkenalkan, saya Muh. Firmansyah Kasim, Teknik Elektro angkatan 2009. Saya ingin menceritakan pengalaman unik saya waktu mau masuk ITB dulu.
Waktu SMA, alhamdulillah saya pernah mendapat medali emas olimpiade fisika internasional (IPhO) tahun 2007 di Iran. Dengan berbekal prestasi saya tersebut, saya ditawari universitas di Singapura yaitu NTU dan NUS, tapi saya tolak karena saya ingin berkuliah di ITB dulu untuk S1.
Saat itu ada jalur bebas tes yang diperuntukkan kepada peraih medali emas nasional untuk masuk ke jurusan bidang olimpiadenya. Dan saya mencoba untuk masuk ke ITB melalui jalur bebas tes. Saya pun mengirimkan sertifikat-sertifikat olimpiade internasional saya ke ITB dengan harapan dapat diterima tanpa tes ke jurusan Fisika ITB.
Setelah beberapa bulan menunggu, tidak ada jawaban dari ITB. Sampai akhirnya saya mencoba untuk menghubungi ITB dan jawaban yang saya terima cukup mengagetkan. Katanya (kurang lebih seperti ini), "adek kan medali emas internasional, sedangkan yang diterima bebas tes itu medali emas nasional".
Saya tidak tahu, apakah ITB sangat keras pada peraturan atau mereka tidak tahu kalau olimpiade internasional itu ada. Cukup sedih juga. NTU dan NUS saja menawari saya untuk kuliah di sana. Bahkan NTU sampai jauh-jauh datang ke Makassar (asal daerah saya), tapi ITB malah menolak saya. Kalau saja saat itu saya belum menolak NTU dan NUS, saya pasti sudah menerima tawarannya.
Akhirnya, saya pun mendaftar USM sebagai orang biasa yang tidak memiliki prestasi apa-apa. Waktu itu saya memilih STEI sebagai pilihan pertama saya karena rekomendasi dari beberapa teman saya dan alhamdulillah lulus.
Sebagai penutup, saya harap ITB dan Indonesia secara umum lebih menyadari betapa pentingnya orang-orang berprestasi di Indonesia. Banyak teman-teman olimpiade saya yang kuliah di luar negeri karena univ luar negeri lebih menghargai orang berprestasi. Mereka bukannya tidak mencintai tanah air kita, tapi tanah air kita yang kurang mencintai mereka.

Read more →

Liputan#2 GRAND OPENING RESEARCH, Jiwa ber-PKM pun terasah

,

Kondisi sistem keilmiahan mahasiswa di Undip masih jauh dari target. Jangankan dengan IPB, UGM, ataupun ITS, dibandingkan dengan universitas tetangga (baca: UNES) pun masih terpaut perbedaan yang cukup signifikan, Undip masih belum bisa mengimbangi. Berita dari rektorat, tahun kemaren saja Undip mengirimkan sekitar 200 proposal ke Dikti, dan yang mendapatkan dana sekitar 96. Sedangkan Unes mengirimkan sekitar 1000 proposal. Angka yang terapaut cukup jauh. Melihat kondisi yang seperti ini, Forum Studi Teknik membuat Grand Opening Research (GORE) untuk menumbuhkan iklim riset di Universitas Diponegoro, khususnya mahasiswa Fakultas Teknik.
Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu wadah yang disediakan Dikti dalam membangun minat riset mahasiswa, bagaimana mahasiswa dapat memberikan gagasan baru yang realistis dan dapat bermanfaat untuk masyarakat. PKM juga merupakan cerminan diri, untuk mengukur kadar diri, sampai di level mana kita berada. Selain itu, PKM juga merupakan salah satu ajang untuk meningkatkan prestasi dan prestige universitas. Karena PKM merupakan kompetisi tingkat nasional yang nantinya akan berujung pada PIMNAS, dimana universitas se-Indonesia akan berkumpul mengompetisikan karya yang diajukan.
GORE yang diadakan di aula Teknik Sipil Undip, 14-15 Mei 2011 kemaren menghadirkan pembicara kompeten dalam mengenalkan, memunculkan ide hingga membangkitkan semangat ber karya ilmiah. Diharapkan melalui acara ini, mahasiswa Fakultas Teknik dapat bermimpi dan memulai usaha dalam menginvestigasi untuk memberikan gagasan baru. Serta turut membantu mewujudkan gerakan 1000 proposal Program Kreatifitas Mahasiswa Undip.
Read more →

Monday, May 16, 2011

A C C

,

Sewaktu saya muda dulu [ospek], istilah ACC mulai sering saya dengar. Dari mulai senior yang notabene harus kita dapatkan tanda tangannya, tapi sebelumnya harus mendapatkan tulisan ACC dari temannya dulu, dan lain lain, ya ACC, cuma tulisan ACC aja, saya juga bisa nulis. Sayang, gak semua orang bisa nulis ACC, hanya orang-orang tertentu. Dan, besar harapan suatu saat ini saya juga bisa menulis rangakaian huruf tersebut buat praktikan nanti [assistant wanna be ;p]

ACC ini semakin berharga ketika saya mulai memasuki dunia praktikum, gak akan bisa lanjut ke modul berikutnya kalo tulisan ACC itu belum ada di kertas. Perjuangan untuk mendapat ACC pun tidak mudah, need much effort, guys. Pernah juga, negrjain laporan sampe berbulan-bulan [ketawan ga niat ngerjainnya], udah ACC ga dapet, endingnya cuma dapet nilai D, kadang kerja keras tidak berbuah manis. Tapi yasudalah, saya coba memegang prinsip dosen PPC saya untuk mata kuliah ‘D’ itu: tidak perlu diambil pusing, ngulang taun depan masih bisa, malah ilmunya makin nambah. Sebuah pernyataan yang menyenangkan hati, bukan?

Kadang, ACC juga berarti lain. Teman saya, baru asistensi pertama sudah minta ACC, gak mungkin bisa, terlalu hebat buat praktikum yang satu itu kalo asistensi pertama sudah benar semua. Tapi sang asisten berkata lain, dengan berbaik hati menuliskan ACC di kolom pertama lembar asistensi, tapi dengan jarak yang agak jauh setiap hurufnya. ACC: Ah Calah Cemua.
Read more →

Thursday, May 12, 2011

Melengkapi Tangan dan Kaki Dengan "Cinta"

,

“orang-orang yang memiliki fisik biasa seringkali ingin dianggap luar biasa. Namun, orang-orang yang memiliki fisik luar biasa hanya ingin dianggap biasa.” (Prof. Dr. Soeharo, pendiri kantor saya saat ini)

Sebelumnya saya kasih clue dulu kenapa akhirnya saya bisa buat tulisan ini. Saya bekerja di sebuah intitusi negara yang (katanya) sangat sosial. Tempat kerja saya bukan gedung mewah yang menjulang tinggi dan berada di tengah ibukota tercinta. tempat kerja saya hanyalah bangunan yang terletak dilahan seluas 5 ha (kalo gak salah, soalnya gak pernah saya ukur juga sih), hanya bertingkat 2 dan berada sangat “dekat” dengan Monas, sekitar 1 jengkal jika diukur di peta. Ya, tempat kerja saya adalah sebuah balai rehabilitasi bagi orang-orang dengan fisik luar biasa. Ngerti kan?Gausahlah saya jelasin lagi.hehehe.. Disinilah orang-orang dengan fisik luar biasa itu dilatih untuk memiliki ketrampilan kerja untuk bekal hidup mereka selanjutnya. Ada yang dilatih menjahit (bahkan saya yang punya jari lengkap aja kalo jait baju yang bolong dikit jeleknya minta ampun hasil jahitan saya), membordir, membuat handycraft, fotografi (saya sering jadi korban candid cameranya mereka loh), reparasi motor, membuat furniture bahkan membuat alat bantu untuk mereka sendiri. FYI, mereka usia produktif loh, 17 sampe 35 tahun.

Waktu awal-awal saya kerja, bawaannya sedih melulu dan saya merasa kasihan pada siswa-siswa saya (siswa adalah sebutan bagi orang-orang yang direhabilitasi disini). Karena setiap hari saya harus berinteraksi dengan orang-orang luar biasa itu. Tapi berkat mereka, saya jadi lebih tau artinya bersyukur. Saya sangat berterimakasih kepada Tuhan karena masih mengizinkan saya menggunakan tubuh ini dengan komposisi yang lengkap tidak kurang apapun dan tanpa alat bantu. Tapi seiring berjalannya waktu saya tidak lagi merasa sedih ataupun kasihan terhadap mereka, tapi saya bangga dan salut. Dengan fisik yang tidak sempurna, mereka tidak menyerah dan memanfaatkan "keluarbiasaan" mereka untuk mengemis dijalan. Tidak sama sekali. Mereka belajar, berlatih dan siap untuk mandiri setelah lulus dari balai rehabilitasi ini.

Kalo lagi keliling kantor, saya suka merasa lucu, karena sering kali melihat siswa dan siswi saya yang mojok berduaan. Lucu ya kalo liat orang pacaran..(ngiri sih sebetulnya.hehehe)..

Tapi bukan itu point saya..

Hari ini ketika saya sedang mengerjakan sesuatu dengan salah seorang pekerja sosial di bagian saya, ada sepasang perempuan dan laki-laki masuk ke ruangan saya. Yang perempuan menggunakan rok panjang dan berjalan agak pincang dan si lelaki menggunakan kemeja lengan panjang dengan lengan kiri dimasukkan ke celana (tau kan maksud saya?). Seperti biasa, dengan keramahan yang amat sangat yang saya punya (narsisdotcom), saya menyambut mereka dan mempersilahkan mereka untuk masuk dan tentunya duduk. Mereka memberikan beberapa undangan pernikahan untuk dibagikan ke beberapa staf di bagian saya. Ketika saya tanya siapa mereka, ternyata mereka adalah alumni balai rehabilitasi tempat saya bekerja yang lulus pada tahun 2009. Wah, ternyata mereka cinlok. Biasa aja sih. Tetapi ketika saya lihat kebawah, kearah kaki si perempuan tentunya, saya langsung takjub.Subhanallah, Tuhan itu adil. Menciptakan hitam dan putih, siang dan malam, baik dan buruk. Ketika mereka menikah nanti, tangan lelaki yang hanya tinggal sebelah kanannya saja akan dilengkapi oleh kedua tangan cantik calon istrinya itu. Dan kaki kiri si perempuan tersebut pun akan dilengkapi oleh kedua kaki yang kuat dari calon suaminya itu. 

Menurut si perempuan, banyak yang menyangsikan hubungan mereka karena keterbatasan fisik yang mereka punya. But who knows, jodoh bukan ditangan tukang sayur. Tanggal 18 Mei 2011 ini mereka akan menikah dan akan menetap di Kalimantan setelah menikah.

Ini sebuah pelajaran berharga untuk saya. Bahwa cinta itu gak hanya soal fisik yang sempurna. Berkaca dari pasangan tersebut, menerima pasangan tidak hanya dari apa yang ia miliki tetapi juga menerima apa yang tidak ia miliki.  Pengertian dan rasa saling menerima itulah yang membuat cinta menjadi sempurna.

Ini hanyalah sepenggal kisah dari kehidupan-kehidupan di tempat saya mengais rejeki.

I dedicated this story to Mba Nana dan Mas Basman (The Couple) you are really insipire me..and Fredy Edrian.

Surakarta, 11 Mei 2011


liat dari judulnya aja udah bikin saya ineterest. tulisan ini memberikan saya pelajaran untuk mensyukuri hidup lebih dan lebih. tidak memandang orang lain sebelah mata, dan belajar menghargai pasangan kita apapun kondisinya, belajar untuk melengkapi satu sama lain, kekurangannya kita jadikan sebagai kelebihan.  ya, makasi mikania miranti, my sister..
Read more →

Friday, May 6, 2011

Sinta's Life Story

,

Once upon a time, there lived a husband and a wife. They lived with two sons. They lonely because there was no any daughter lived with them. The family hoped they could have one daughter so their live would be happier. They prayed to God to give them a daughter.

And God answered their prayers. The wife was pregnant. The couple and sons were very happy. Nine months later, the cute little baby was born. Like what they wanted, the baby was a baby girl. They named her Sinta Irawati. Sinta means helper. Someday, they hope Sinta will be useful to other people.

Sinta grew up as a good kid, kind, cute, beautiful, fat, curly, and chubby. She spent her child in Bekasi, West Java. Her family always took care her, they love sinta very much. That’s why sinta never studied in far region of their home. Sinta started her education at Islamic Kindergarten of Harapan Jaya, only 200 meters from her home. Everyday, her nanny or her mom always accompanied her. Mom never permitted Sinta to came home alone, so sinta had to wait someone to picked her up. Then, sinta continued her elementary school at Public Elementary School of Harapan Jaya IX, it’s only 50 meters from her home. Sinta was not really clever, just like usual student. She got rank only 3 times in six year. 7th rank, 9th rank, 11th rank.

She continued her study at Public Junior High School of 25 Bekasi. And it’s only 200 meters from her house again. Sinta really enjoyed her school. She was a coordinator of Youth Red Cross, she loved it vey much, and she spent her weekend with it. Better than her elementary school, Sinta always got top six rank in her class.

Graduated from Junior High School, sinta wanted to continue at Public High School, whatever the school. But her mom really wanted her to be a student in top public high school at Bekasi. Sinta knew her capacity,impossible to her got into that school. Finally, sinta entered a private school: Islamic High School of PB Soedirman 2 Bekasi. It was first time to her got far distance school, needed half hour by motorcycle. First time, she didn’t like it very much. But, after a along time, she got it. Got the real friends, teacher, everything. She couldn’t get that feel like that if she didnt enter that school. Sinta was naughty, she always came late, so her teacher punished her to run away or walk-squat aroud the yard almost everyday. Her school grades decrease when she was in second grade and when she had a crush on her senior.

Sinta’s dream was become an engineer. But, at first year after she had graduated. Sinta got Agricultural faculty Unpad. No body like that and neither did she the lecture because it was full of plant, pest, bad adour laboratorium, et cetera. but beside that, sinta like the environmental, she liked Jatinangor, the view, friends, and of course IAAS,international agriculture organization.

With full of effort, finally, after a along time, sinta got industrial engineering undip, both sinta and her family were very happy. Now, sinta have to reach her next dream. Goes To Europe! :)
Read more →

Leaflet Momentum #1

,
karya pertama momentum pers club :





Read more →

Keuntungan Jadi Asisten Lab

,
Menjadi seorang mahasiswa merupakan sebuah kesempatan, suatu keberuntungan karena tidak semua orang bisa menjadi mahasiswa. Terbukti bahwa berdasarkan fakta, hanya segelintir persen dari keseluruhan maskyarakat Indonesia yang notabene merupakan negara dengan penduduk terbesar ke-4  di dunia yang mengenyam pendidikan kuliah. Karena itulah, kesempatan yang tidak semua orang dapatkan harus dimanfaatkan dengan menjadi mahasiswa yang berkualitas. Ada banyak jalan menuju arah tersebut. Salah satunya dengan menjadi asisten. Sebuah petuah yang pernah saya baca dan menjadi motivasi saya, yaitu lucky is one of important thing that should be search. Kesempatan itu keberuntungan dan keberuntungan harus di cari. Dan sekarang kesempatan menjadi asisten. Ya asisten, kesemapatan itu datang sedang datang. Menjadi asisten merupakan suatu kebanggaan, kepuasan diri. Setelah ditinjau lebih dalam, ada banyak keuntungan yang akan didapat dan inilah yang menjadi dasar, mengapa saya ingin menjadi asisten, terutama asisten Laboratorium PSKE.

·         Ilmu yang mendalam dan spesifik
       Tentu saja, karena asisten dituntut untuk menyampaikan ilmu kepada praktikan atau rekannya. oleh sebab itu, asisten harus lebih dulu mempersiapkan segalasesuatu yang sesuai dengan bidangnya. Ilmu yang mendalam ini yang akan menjadi modal utama asisten.

·         Soft skill terasah
Menjadi asisten, menyampaikan ilmu kepada orang lain, berarti secara tidak langsung melatih untuk berinteraksi dengan orang lain, melatih merangkai kata-kata agar orang lain memahami apa yang kita katakan, ini sama saja melatih kemampuan public speaking. Selain itu, menjadi asisten juga akan melatih leadership, karena di dalam lab kita diajari untuk bekerja secara tim. Terakhir, self confidence akan timbul sendirinya, karena terbiasa untuk berbicara dan bekerja tim. Kesemuanya akan menjadi bekal kita di dunia kerja nantinya.

·         Waktu kuliah lebih bermanfaat
Walaupun jam bermain menjadi berkurang dan waktu lebih banyak dihabiskan di kampus, akan menjadikan menjadikan sisa-sisa waktu kuliah yang ada akan jauh lebih bermanfaat dan patut disyukuri, karena feed back positif yang akan didapatkan akan jauh lebih banyak.

·         Interaksi lebih banyak dengan dosen
Interaksi dengan dosen akan terjalin lebih banyak, terutama untuk dosen yang mata kuliahnya ada lab tersebut. Berinteraksi berarti akan menambah pengetahuan juga, karena tentunya opportunity untuk sering bertukar pikiran, sharing, berdiskusi menjadi terbuka lebar.

·         Networking
Channel dari asisten yang sudah lulus pastinya akan membantu kita mencari informasi seputar dunia luar kampus (baca: dunia kerja). Tidak hanya itu, pergaulan pun akan semakin bertambah, mulai dari teman-teman baru di lab, atau pun lab lain yang beda universitas.

·         Bermanfaat bagi orang lain
Membagi-bagikan ilmu berlebih yang kita punya merupakan sesuatu yang menyenangkan, selain menambah pahala, siapa tau yang kita berikan ilmunya akan mendoakan kita J
Read more →