Wednesday, January 28, 2015

Cerita Kelas Inspirasi Semarang #1

,
Di Kelas Inspirasi, professional datang mengajar selama sehari ke Sekolah Dasar untuk menceritakan profesi nya, dengan harapan anak-anak ini tahu bahwa ada beragam profesi yang bisa mereka pilih sebagai cita-cita dan mereka dapat terinspirasi dan termotivasi dengan cerita relawan. Siapa aja yang bisa menginspirasi? Pastinya yang sudah bekerja secara professional minimal dua tahun, kenapa dua tahun? Karena dua tahun dianggap sudah menguasai bidang kerjanya.

Logo Kelas Inspirasi Semarang

Terus kenapa saya ikutan? Pengecualian untuk panitia, saya yang waktu itu masih berstatus mahasiswa menuju fresh graduate memutuskan untuk ikutan. Alhamdulillah, bisa mengenal orang dari berbagai macam latar belakang yang punya satu tujuan untuk menginspirasi anak-anak. Peran saya di Kelas Inspirasi Semarang adalah ngadimin, maksudnya ngadmin-in social media dan Fasilitator.



Poster Kelas Inspirasi Semarang

Pengalaman berharga saat saya mengikuti event ini, sampai merasuk ke dalam hati melewati pembulu darah hingga akhirnya membuat bulu kuduk merinding memikirkan betapa beruntungnya masa kanak-kanak saya. Dari cerita relawan yang sudah pernah mengajar, banyak sekali adik-adik di sekolah dasar (terutama yang berada di pelosok atau pinggiran) tidak mengetahui  dunia luar. Mas Dika saat masuk kelas memakai baju wearpack dan melemparkan pertanyaan ‘Ada yang tahu profesi Bapak apaa?’, diantara anak-anak tersebut ada yang menjawab Tukang Sampah karena baju yang Mas Dika pakai sama seperti yang ayahnya pakai, dan itu terjadi di Jakarta. Lain lagi yang diceritakan Mas Bayu yang profesinya arsitek, Mas Bayu menjelaskan kalau profesinya adalah membangun rumah atau gedung-gedung, tapi anak-anak menyebutnya sebagai ‘Oo, bapak kuli bangunan ya?’ Ya begitu kondisinya, karena pekerjaan orangtua mereka tidak jauh dari itu.

Ada tiga event besar di Kelas Inspirasi, pertama Hari Briefing, hari dimana seluruh relawan yang lolos seleksi saat recruitment dikumpulkan, dikelompokkan berdasarkan kelompok dan sekolahnya masing-masing, di sana dihadirkan juga kepala sekolah, alumni pengajar muda, dan perwakilan dari Kelas Inspirasi untuk saling sharing dan menjelaskan teknis pengajaran saat berhadapan dengan anak-anak.

Kedua adalah Hari Inspirasi, inilah puncak dari Kelas Inspirasi, relawan pengajar ambil bagian dalam mengajar dan menginspirasi anak-anak melalui profesi mereka, dokumentator mendokumentasikan momen-momennya, sedangkan fasilitator jadi tukang pencet bel sewaktu rotasi dan ngabisin makanan di kantor kepala sekolah hehe.

Ketiga Hari Refleksi, tidak sedikit menganggap refleksi adalah hari pijit-pijit, tapi bukan itu, di Hari Refleksi relawan dan kepala sekolah kembali dikumpulkan untuk sekedar sharing bagaimana kondisi Hari Inspirasi yang telah dilalui dan sharing keadaan sekolah. Disini mungkin atas tercetus ide-ide baru dari relawan untuk membuat suatu project.

Hari Briefing
Hari Refleksi
***
Di Sekolah Dasar tempat saya menjadi fasilitastor adalah salah satu  SD swasta yang berada di daerah Tanjung Mas, Semarang Utara, dekat dengan pelabuhan, kalau cuaca sedang terik, panasnya akan merasuk sampai ke ubun-ubun, banjir seringkali terjadi karena rob atau hujan deras, selain akses menuju ke sekolah yang banjir, kelas pun ikut tergenang oleh air. Oleh karena itu, tak heran jika lorong di sekitar area kelas lebih tinggi dari sekitarnya, pihak sekolah sering meninggikan agar air tidak masuk kelas.

Jumlah anak-anak tiap kelasnya sangat sedikit, berbeda jauh dengan saya saat SD dulu yang sekelas hampir 60 orang ditambah tiap kelas ada dua rombel, jadi satu angkatan bisa lebih dari 100 orang. Di SD itu, untuk kelas 1 hanya berisi 6 orang, di kelas 6 jumlah muridnya 20-an.

Kepala Sekolah SD tersebut adalah lulusan Strata 2, sempat menjadi kepala sekolah di sekolah swasta yang jauh lebih baik kondisinya, hingga akhirnya ia diminta menjadi kepala sekolah di tempatnya sekarang dengan harapan dapat mengubah kondisi sekolah seperti sekolah swasta yang sebelumnya ia pegang. Sempat terbesit untuk mengundurkan diri dari kepala sekolah, tapi ia urungkan karena niatnya tulus ingin membangun sekolah tersebut.
***

Hari Inspirasi

Hari Inspirasi

Hari Inspirasi

Lagi-lagi niat yang menyatukan kita: menginspirasi anak-anak. Relawan di kelompok saya terdiri 8 pengajar yang terdiri dari latar belakang profesi dan 4 dokumentator. Seperti bukan orang lain atau seperti bukan orang yang baru bertemu, ketika bertemu rasa canggung hilang sudah. Jauh hari fasilitator dan relawan survey sekolah, melihat bagaimana kondisi sekolah dan membuat konsep untuk Hari Inspirasi. Relawan ini merelakan waktunya dengan senang hati untuk bertemu dan menginspirasi anak-anak, membuat mereka bermimpi dan menghayal masa depan. Sebenarnya saya tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan relawan dan anak-anak saat di kelas, relawan pengajar yang pastinya lebih tahu dan punya cerita beragam atas keluguan anak-anak ini.

Di akhir Hari Inspirasi, relawan sudah mempersiapkan balon gas yang dituliskan mimpi anak-anak, terlihat eufora terpancar dari anak-anak, guru, dan relawan. Ah senang sekali rasanya, jika masanya telah tiba, saya akan berada di posisi itu, berdiri di depan kelas, menceritakan pengalaman saya ke adik-adik lucu ini bahwa bumi ini amat luas, mereka bisa memilih menjadi apapun selama itu bisa bermanfaat bagi mereka dan orang-orang di sekitar mereka dengan terus belajar, jangan sampai sekolah mereka terhenti.

Kelas Banjir

Yang paling ngangenin adalah saat kami berkunjung ke sekolah beberapa bulan setelah Hari Inspirasi, sayangnya akses ke sekolah banjir dan kelas pun ikut banjir. Tapi tidak menyurutkan niat kami ke sana, anak-anak masih hapal betul nama-nama relawan, bahkan meminta kami untuk stay mengajar disana.

Hari Inspirasi


More information about Kelas Inspirasi Semarang, visit


***
Kelas Inspirasi 
"Bangun Mimpi Anak Indonesia..."

Mari berbagi cerita yang dapat menumbuhkan cita. Jejak langkah profesimu sebagai awalnya. 
Sudah saatnya para profesional turut mengambil peran dalam pendidikan anak bangsa.
***
Read more →

Tuesday, January 13, 2015

Al Quran di-Update?!

,
Saya punya tetangga dekat, mbah-mbah, ya, mbah-mbah, usianya 70-an. Tapi biasa saya sebut Pakde karena keluarga saya juga manggilnya begitu. Kenapa kita bisa jadi dekat? Ceritanya karena ayah saya memang suka bersilaturahmi dan maintain silaturahminya.

Awal kedekatan kami (ceile), saat Pakde menanyakan nomer handphone kakak saya yang tinggal di luar, dilanjutkan pertanyaan ‘berapa bayarnya kalo sms atau nelpon?’ Ya saya jelaskan kalau jaman sekarang ga perlu sms, tapi gadget canggih, sejumlah pulsa untuk membeli paket internet, install whatsapp dan voilaa percakapan bisa dilakukan. Yang perlu dimaklumi adalah seorang mbah-mbah biasanya sulit memahami problematika kekinian (baca: teknologi), dan akhirnya.. ‘Besok kamu ke rumah yaa, ajari saya wasap! Saya punya tab di rumah.’

Pakde termasuk mbah-mbah yang oke, masih punya kemauan keras buat belajar teknologi, beliau pun sempat menunjukkan google pada saya dan menjelaskan kalo google bisa buat nyari apa aja, yang selalu dibuka adalah informasi kota kelahirannya dan detik.com. Mantaf! Akhirnya saya mulai memberitahu bagaimana aturan bermain di whatsapp, tak lupa mencatatnya tahapan dari mulai membuka, menulis, menutup whatsapp di buku tulis, ditambah mengirim gambar dan mengganti profile picture.

Berbulan-bulan berlalu, setelah sekian lama tidak datang kerumahnya tetiba saya ditelepon ‘Halo, Sinta, wasap saya gak bisa dipake, gimana caranya supaya bisa? Nanti ke rumah ya!’ Langsung saya ngacir, ternyata whatsappnya perlu di-update, saya jelaskan kenapa bisa gitu, sampai suatu ketika saya cek di playstore ternyata banyak yang perlu di-update, saya bilang ‘Pakde, games-nya banyak yang harus di-update, update sekalian ya?’
‘Jangan, itu cucu saya yang mainin, gausah di-update’ Kata doi.
Saya scroll down lagi dan ‘Pakde, Quran-nya juga perlu di-update, update ya?’
‘Jangann!’ Nada meninggi ‘Al Quran kok di-update, Al Quran itu udah tetap, ga boleh di update!’
‘Nnnng, tapi nanti kalo ga di-update ga bisa dibuka, sama kaya whatsapp tadi.’
‘Jangan.. jangan.. gausah di-update.’

Ngahaha, tetep aja Pakde masih kekeh mikir yang namanya di-update itu di-upgrade, pasti ada yang berubah. Jadinya ya Al Qurannya ga di-update.
Read more →

Monday, July 14, 2014

Kelas Inspirasi Semarang

,

Kelas inspirasi adalah gerakan inisiatif dari indonesia mengajar, disini profesional (orang yang sudah berpengalaman dibidangnya lebih dari dua tahun) bisa menginspirasi anak-anak Sekolah Dasar sambil menceritakan profesinya, harapannya mereka punya beragam cita-cita yang figurnya bisa mereka liat secara langsung

Kamu bisa turun langsung sebagai relawan PENGAJAR / FOTOGRAFER / VIDEOGRAFER, dengan cara:
Daftar sebagai relawan pengajar di

Syarat umum relawan profesional pengajar:
- pengalaman kerja minimal dua tahun dibidangnya
- bersedia cuti pada hari inspirasi
- bersedia hadir pada hari briefing
- bersedia hadir pada hari refleksi

Daftar sebagai relawan fotografer / videografer di

Syarat relawan fotografer/videografer:
- membawa peralatan dokumentasi sendiri
- bersedia cuti pada hari inspirasi
- bersedia hadir pada hari briefing
- bersedia hadir pada hari refleksi

Pendaftaran dibuka mulai 7 Juli 2014 sd 25 Agustus 2014.
Hari inspirasi 25 September 2014

More info:

Contact person:
Kinan 085640770745
Dian 085640443092

Kunjungi
Path: Kelas Inspirasi Semarang

Bantu follow dan promote, yuk!
Sebarkan semangat menginspirasi ke seluruh negeri.
Read more →

Saturday, May 31, 2014

Meet The Writer

,
Better late than never. Iya, udah dua minggu yang lalu ketemunya, tapi hasrat buat nulisnya baru sekarang. Sabtu dua minggu lalu atau minggu dua sabtu lalu, cuaca Semarang membuat bulu kuduk turun, terbasahi cairan yang keluar dari tubuh, keringat maksudnya. Panas sekali. Gerah sekali. Aus sekali. Pengen bobo sekali.

Berhari-hari saya jadi silent reader twitternya Trinity Traveler saat ia ingin menginjaki rumah keduanya, Semarang, katanya begitu. Tiba-tiba saya me-reply tweetnya “Mampir kos n nginep kos mba”, dibalaskah? Enggak! Siapa saya? Tapi mengambil sedikit possibility gapapa kan, siapa tau dia bener-bener kangen sama kampusnya dulu, jadi saya pikir bisa ngasih tumpangan di motor saya sambil ngiterin kampus, terus bobonya di kamar saya haha.

Sabtu 2.15 siang, saya putuskan untuk tidur, tetiba hasrat itu luntur sudah saat saya kembali membuka timeline twitter dan Trinity Traveler seolah-olah menunggu saya di Gramedia Pandanaran, oke saya datang, telat tidak apa-apa.

Yang perlu diketahui adalah, meskipun di twitter Trinity terlihat jutek, aslinya beliau sungguh wanita periang, penuh canda, dan apa adanya, she is funny as funny as her book. Suka banget pas doi lagi cerita pengalamana jalan-jalannya yang apa adanya dan bener-bener lucu.

Sebenernya tulisan kali ini adalah momen dimana saya ingin pamer kalo ketemu dengan orang buku-bukunya saya beli dan baca semua adalah hal yang menyenangkan, tapi yang terjadi sebenarnya, disana saya tidak membawa satupun buku Trinity Traveler, ingin membeli buku terbarunya, tapi duit gak cukup, ada, tapi cuma buat parkir. Batere handphone mati total. Jadi apa yang saya lakukan di acara book signing itu kalo tidak membawa bukunya dan tidak diabadikan dengan satu-satunya kamera yang saya punya dari telepon pintar?

Saya sengaja mengantre hingga akhir orang-orang sudah pulang untuk sekedar mengobrol, lucky me, tepat di depan saya minta tolong difotokan dengan handphonenya. Barter dong! Barter foto saya sama Trinity dan bonus nomer handphone saya buat yang minta tolong tadi. Maksudnya supaya dia bisa kirim itu foto saya sama Trinity lewat Whatsapp.

Masalah buku yang musti di tanda tangan? Oh ya, saya bawa buku lain “Keliling Amerika Ala Au Pair” karangan Ariane O. Putri punya Otim, yang sudah sebulan lebih saya pinjam, tapi tidak sampai seperempat saya selesai baca. Yang alhamdulillahnya, Trinity mau tanda tanganin buku yang bukan buku dia, dan saya dapat pesan. Aye!


Mau pamer foto doang tulisannya panjang amat. Sebelumnya saya ingin mengucapkan terimakasih kepada mbak (yang saya tidak tahu namanya) karena telah mempersilakan kamera handphonenya diisi oleh foto-foto saya.





Read more →

Wednesday, April 30, 2014

Kancut iluminati

,
Kali ini saya memberikan oleh-oleh sepulangnya saya dari Gramedia, sebuah sampul belakang sebuah buku bertajuk iluminati di Arab, saya post di whatsapp untuk Oddie. Mungkin setelah ini dia akan bilang “Disamarinlah ta namanya, kan malu kancut-kancut gitu. Jadi Mr. X, kek!” Baiklah..


Ini dia tanggapan Mr. X terhadap sampul belakang iluminati, yang biasanya dikaitkan dengan piramid dan mata satu.


Apakah kancut yang selama ini kita pakai bagian dari iluminati?
Salam kancut!
Read more →

Mom Knows How To Use Technology

,

Ibu lahir di tahun 60-an, kala itu, teknologi canggih dan modern hanyalah televisi hitam putih, kalopun ingin menonton harus berdesakkan bersama penonton lain di kecamatan. Saat mulai mengenal keyboard, ibu menggunakan sebelas jari untuk mengetik, maksudnya dengan telunjuk tangan kanan dan telunjuk tangan kiri (walopun yang nulis blog juga begitu).

Perkembangan teknologi tidak mempersurut keinginan wanita usia 50 tahunan ini untuk turut berpartisipasi, ia punya handphone yang selalu lebih canggih dari punya saya, hadiah dari kakak-kakak saya. Apadaya, teknologi tidak berada di tangan orang yang tepat, untungnya sekarang tidak hanya untuk telepon, sms, dan foto, tapi juga bisa whatsapp. 

Dan kakak baru saja membuat sebuah grup keluarga, setelah sebelumnya ada grup anak (tidak dimasukkan ke dalam grup anak, dikhawatirkan tidak mengerti arah pembicaraan, karena itu dibuatlah grup baru). Dimulai saat, ibu selalu menghubungi satu-satu anaknya untuk mengabarkan keberadaan atau sedang apa dirinya, lalu kakak membuat grup dan “mama kalo mau ngasih kabar ke semua disini aja”, mama bingung ini apa dan bagaimana cara kerjanya, hingga bisa menelaah sendiri lalu “Ooo, jadi kalo disini mama sekali ngetik bisa ke semua ya..”
 

Ya begitu.


Lain lagi yang ini, ibu tidak tahu cara menggunakan facebook, walopun sudah pernah dibuatkan. Tapi ibu punya e-mail dan tahu cara menggunakannya. E-mail pertama yang saya dapat dari ibu adalah sebuah pertanyaan yang tidak harus dikirim via e-mail, dikirim dua tahun yang lalu, dan pesannya di taruh di 'Subject'.


At least, walopun udah setengah abad, doi masih giat buat belajar teknologi ;)
Read more →

Saturday, April 19, 2014

Kacang Pocong Tembalang Bahagia

,
Ada empat kata di judul yang saya buat.
 Kacang: sebutan untuk biji yang berukuran relatif lebih besar dibandingkan serealia dan digunakan sebagai bahan pangan. Pocong: sejenis hantu yang bisa dikatakan seperti lollipop atau guling, bisanya meloncat. Tembalang: sebuah kecamatan di mana beberapa universitas terkumpul berdekatan satu sama lain di sana, terletak di kota Semarang, Jawa Tengah. Bahagia: suatu keadaan yang ditandai dengan kesengangan, kegembiran, kesumringahan atau yang lainnya.

 *kebanyakan di kutip dari google.

Twitter Kacang_Pocong

Jadi Kacang Pocong Tembalang Bahagia menurut pengertian di atas jika dirangkum akan menjadi: sejenis hantu jadi-jadian menyerupai permen lollipop yang sedang menjual kacang (kacang dalam arti sesungguhnya, bukan kacangnya pocong) beraneka rasa dan menjualnya di area Tembalang (tepatnya di seberang Politeknik Negeri Semarang) dengan raut wajah dan gerak fisik yang menunjukkan kesumringahan, entah bagaimana isi hatinya.

Ini yang kesekian kalinya saya melihat wujud Pocong ini di Tembalang, tapi ini adalah pertama kalinya saya memberanikan diri menunjukkan batang hidung saya di depan pocong ini. “Hai, Mba Kece!”
Langsung ajalah, “Mas, jualan apaan? Boleh foto gak?” tanya saya.
Pocong menjawab “Jualan kacang, mbak. Ada rasa BBQ, rasa ini itu ini itu. Boleh foto kok, Mbaknya suka main twitter ga? Kalo iya mention nanti ya, Mbak. Banyak yang suka ngecengein (menghujat) saya kok disitu”

Wow, strategi marketing macam apa yang di buat Kacang Pocong, asal tahu saja kalo Sang Pocong, sebagai agent kacang sangatlah misterius, berjualan sesuka hati, tak tentu hari.

Waktu itu, pertama kali, saya dan seorang teman wanita yang lebih penakut dari saya melewati jalanan di mana pocong itu berjualan. Hening, sepi, di bawah pohon, dan tidak ada penerangan, hanya meja dan kain putih lollipop. Berkali-kali saya ucapkan “astaghfirullahaladzim” sembari minta perlindungan dari Yang Kuasa, karena saya dan teman saya awalnya sama-sama tidak tahu itu apa, lalu diikuti "Semprul, apaan tuh? Lo liat ga? Apa gw doang yang liat?"

Kesekian kalinya, Pocong mulai berinovasi, kadang menggunakan jubah berwarna pink atau hijau (tak lupa kuncirnya) ditambah lampu berwarna putih. Malah malam ini ketika saya melewatinya, Pocong ini memakai jas berwarna cream dan kacamata hitam, lebih humanis begituh. Tiga kali bolak-balik lewat si Pocong, tiga kali pula pocong ini dadah-dadah manis ke saya, sungguh manis, kutukan yang membahagiakan.

Mungkin suatu saat saya akan menginterview Pocong yang berbahagia ini mengenai kacangnya dan apa motifnya.

***

Oke, pocongnya sudah saya interview, bahkan saya beli kacangnya. Kacang pocong memulai bisnisnya delapan bulan yang lalu (Agustus 2013) dengan menitipkannya ke kafe dan warung, lalu merambah dagangan dengan stand pertamanya di Tembalang sejak tiga bulan yang lalu (Januari 2014). Kacang pocong mulai bergentayangan jam 7pm s/d 10 pm, atau sampai kacangnya habis.

Sejarah singkatnya begini, pocong ini adalah seorang pemuda yang dahulu belum memiliki pekerjaan, hingga akhirnya ada seseorang yang (ia juga lupa siapa itu) memberinya sebongkah kacang, ia goreng, ia bungkus seadanya dengan plastik dan karet, lalu dijualnya kacang itu.

Ia memikirkan bahwa kacang ini akan sukses, maka dari itu ia membutuhkan sebuah branding yang akan membesarkan kacangnya haha. POCONG-lah yang hingga kini menjadi namanya, karena sewaktu belum ada modal ia membungkusnya seperti pocong dengan ikatan diatasnya. 

Beratapkan langit dan berkainkan kafan, pocong memulai harinya sebagai pocong gentayangan, namun justru respon negatif yang didapatkan dari masyarakat, banyak keluhan dateng, histeris tahap akut dan semacamnya. Sampai suatu ketika, ada warga yang melapor ke Pak RW, ia ditegor. Lalu ada lagi yang melapor ke Polisi, ia ditegor lagi. Inovasi demi inovasi dilakukannya supaya diterima masyarakat, mulai dari mengenakan kain pink, kuning, atau hijau, ditambah penerangan berupa emergency lamp, namun keluhan masih saja datang, lengannya harus keliatan katanya, jadilah Pocong Kacang sekarang ini. Karena momen pocong pelangi sudah tidak memungkinkan untuk saya dapatkan lagi dan kebetulan ada yang pernah posting di sini, di sini, dan di sini, (maaf kalo ada customer yang bersangkutan fotonya saya merahin).




Menunya juga ternyata macam-macam: Kacang Goreng Hotsweet BBQ, Mummi Kering, dan Owl Roll. 
Sumber

Kalo ini penampakkan kacang yang saya  beli:
 

Btw, mas nya juga sempet curhat karena melihat plat motor saya "Mbak dari Jakarta ya? Saya juga lho dari Jakarta, dari LA (baca: EL EIY). Tapi besar di Semarang (mungkin Meteseh)" 

Akhirnya, berkat kegigihan pocong muda ini, cabang kedua akan bergentayangan dalam jangka waktu dekat. Congrats, cong!

***

update terbaru: pocong joget-joget, kayanya ada suara musik juga.
Read more →

Monday, April 14, 2014

Flash (back) Disk

,
Hari ini hari lahir kakak saya yang kedua, karena itu akan saya persembahkan sebuah tulisan mengenai flashdisk pemberian kakak saya. Saya tiga bersaudara, selama hidup, saya punya tiga flashdisk (ditambah satu hardisk) yang kesemuanya masih utuh terjaga hingga kini.
  
PLANKTON, TOSHIBA 512 MB. Flashdisk pertama hadiah dari kakak pertama saat sekolah menengah setelah pertama tahun 2006, sesaat setelah beliau lulus kuliah, entah buat apa sebenarnya flashdisk untuk anak SMA, tapi ya seneng aja dikasih. Flashdisk ini cukup tenar dijamannya, karena waktu itu size 512 MB adalah besar adanya buat tuker-tukeran lagu dan film. Pahalamu banyak, nak. Walopun aslinya Plankton jahat. Umurnya habis setelah lima tahun, bukan karena sakit keras, tapi karena patah tulang, termutilasi. Lihat! Colokannya lepas.

Oya, kenapa Plankton? Karena kakak saya sempat menawari flash disk macam, saya requested mau model Sponge Bob yang kepalanya gede. Karena gak kesampean, jadi namanya aja jadi Plankton. Icon flash disk ini pas lagi nyolok juga Plankton, lho.

SPONGE BOB gak pake square pants, KINGSTON 8 GB. Kalo yang ini flashdisk kedua dari kakak kedua, so sweet kan? Diberi di tahun pertama kuliah tahun 2008. Cukup tenar juga, karena sizenya waktu itu lumayan gede, buat ngopi film bergiga-giga, maaf maksudnya buat ngopi file kuliah. Sempat terpisah lebih dari satu semester karena waktu itu dipinjam senior kampus dan saya imigrasi ke kampus lain. Alhasil, pas liburan kuliah baru bisa saya tagih. Lumayan bermanfaat. Semenjak menamai flash disk pertama Plankton, saya memutuskan untuk memberikan nama Sponge Bob family ke generasi penerusnya.

PATRICK STAR, SANDISK 2 GB. Namanya Patrick, karena warnanya kaya Patrick Star. Berhubung ga ada yang bisa ngasih lagi, jadi saya beli sendiri flash disk ini di tahun pertama di kampus imigrasi. Si Plankton 512 Kb sudah sulit digunakan masa itu karena sizenya menjadi terlalu kecil saat mau dipakai-pakai untuk ngopi ini itu, dan Sponge Bob 8 GB sedang menghabiskan waktu dengan wanita lain. Oiya, flash disk ini juga pernah berpisah lama dengan saya karena dipinjam teman kuliah satu semester.


MR. CRAB, MY PASSPORT 500 GB. Alhamdulillah, akhir tahun lalu dapet Mr. Crab, semoga tidak kikir yah. Kasian laptop, hardisknya udah kepenuhan sama film dan lagu buat ajeb-ajeb. Warnanya merah mateng mirip Mr. Crab abis di rebus. Sekarang Mr. Crab digunakan sebagai ajang titipan file dan tuker-tukeran film. Saya didik benar-benar supaya tidak kikir. Sayangnya, ada oknum yang tidak sengaja menggores bagian depan merah menyalanya Mr. Crab, menyedihkan.

Setiap media penyiimpan data ini saya beri nama di luarnya ‘sintamooo’, biar orang-orang tau, brand itu udah jadi punya saya, yang mau make harus bayar royalty.

Read more →