Monday, February 25, 2013

More than PRICELESS.

,


Urusan di sana-sini belum selesai, KKN seperti jadi momok tersendiri yang harus dihadapi. Jadilah saya menganggap KKN harus menjadi sebuah liburan menyenangkan tanpa beban project, AHAA!! Apalagi pas tau kalo saya akan dimarkaskan di Magelang: dingin, sawah, gunung, JOGJA! J


a moment, a love, a dream, a loud, a kiss, a cry, our rights, our wrong.
Sweet Disposition-Temper Trap.

Menyatukan sepuluh kepala di dalam satu rumah ternyata ga sesulit yang dipikirin, buktinya sampe akhir keberlangsungan hidup di rumah Pak Kumis, kita fine-fine aja. Here we are, sepuluh makhluk berwujud manusia penghuni Desa Muneng, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, Planet Bumi.
Ferry. Kepala suku. Hobi: Laporan Pertanggungjawaban Pacar (LPP), Traveling Magelang-Semarang-Banjarnegara-Wonosobo-Magelang. Rossi wanna be

Sinta. Karena saya yang nulis, jadi suka-suka saya “The Normal”

Abung. Menyatakan bahwa dirinya akan menikah setahun atau dua tahun kemudian karena dikejar deadline. “The Predator”

Dhimas. Mr Universe who likes Miss Universe. Menyatakan dirinya tidak berbakat dalam bola dan motor.

Ajeng. Aceng bukanlah nama sebenarnya. Hobi: mengoleskan minyak GPU sebelum tidur, bah!

Idham.  Iklan Supreme berjalan dengan hobi LPP-an, walaupun sempat putus hingga membuatnya depresi selama berhari-hari.

Dzul.  Yang dituakan: pakde. Menyatakan bahwa dirinya menemukan C I N T A
[bukan d bagindas]

Kiki. Another Rosi wanna be. Saya pernah melayang di udara dibuatnya.

Veli. Bendaharawati keluarga “B”. mungkin ada yang bisa upload video rukiahnya veli, biar kita tau siapa dia sebenarnya.
Dhian. Rekor tidur 15 jam belum terpecahkan. Sering mendapat kunjungan kenegaraan dari kepala negara #mupeng.


Having an experience through KKN: If I can say is more than priceless, I can get not only friends but also family. How ‘bout YOU, genks?
Read more →

Saturday, August 4, 2012

Lansia di Singapura

,

Episode Kick Andy beberapa minggu yang lalau membuat saya berfikir tentang lansia. Lansia bukan berarti ia tidak bisa melakukan apapun, mereka senang diberi pekerjaan, mereka suka saat hari-hari yang dilaluinya menjadi produktif. mereka diperdayakan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, mengisi waktu luang, hingga bisa memecahkan rekor muri, keren ka? Lansia.

Dari situ, saya menjadi  flashback, teringat beberapa kali kunjungan saya ke singapura, saya berkali-kali melihat lansia dipekerjakan di restauran fast food, malah kakak saya pernah bercerita kalo di tempat kerjanya, lansia yang berjalannya sudah sampai membungkuk bekerja mengurus kebersihan kantor. saat itu saya berfikir mungkin anaknya tidak mau mengurus orangtuanya lagi sehingga mereka tersebut harus bekerja menafkahi dirinya sendiri. berbeda dengan yang terjadi di tanah air, lansia lebih cenderung berdiam diri di rumah.

Ternyata ada alasan mengapa banyak lansia yang bekerja. berawal dari ayah kaya raya yang ditinggal mati istrinya dan memiliki anak yang akhirnya menikah dan memutuskan untuk tinggal bersama sang ayah. ayah melihat anaknya sungguh menyayanginya hingga akhirnya ia memutuskan untuk memberikan seluruh warisan ke anak tunggal bersama istrinya tersebut. suatu hari mereka bertengkar dan akhirnya si anak mengusir ayahnya dari rumah, apa daya, seluruh warisan sudah diserahkan. akhirnya sang ayah hidup menggelandang di Orchard Road. saat ada teman ayah tersebut melintas dan mengenali bahwa yang menggelandang itu adalah teman bisnisnya, ia menyebarkan ke teman-temannya dan akhirnya terdengar sampai ke perdana mentri singapur saat itu. hingga akhirnya keluarlah sebuah keputusan yang menyatakan bahwa orang tua tidak boleh memberikan warisan sampai ia meniggal, dan lansia harus diperdayakan agar tidak ketergantungan kepada anak.


sumber histori lansia singapura
Read more →

Sunday, June 24, 2012

meliput Raisa tanpa melihat raisa

,

Industrial Festival, hampir 1800 tiket SOLD OUT!


Sabtu, 23 Juni 2012, bertempat di Auditorium Imam Barjo Undip Peleburan, Departemen Minat dan Bakat HMTI berhasil menyuguhkan event besar menjelang libur minggu tenang Fakultas Teknik. Industrial festival 2012 (infest) merupakan program kerja tahunan yang diserahkan ke angkatan, dan tahun ini infest di-handle angkatan 2010. Dengan mengusung tema Modigraphy Jazztifal, yang berarti modification, photography, and jazz festival, kali ini panita infest menyuguhkan tiga acara sekaligus dalam satu hari yang dimulai jam 1 siang hingga 10 malam.
Tiga puluh peserta mengikuti modification motorcycle contest yang terdiri dari empat kategori modifikasi, yaitu pemula, funky, rising look, dan matic fashion. Peserta yang mengikuti kontes motor ini tidak hanya datang dari Semarang, beberapa datang dari daerah Jawa Timur, seperti Lamongan dan Sidoarjo. Sedangkan Photography contest menghadirkan sembilan foto dengan tema industri moderen.
Kemeriahan acara Industrial Festival mencapai puncaknya ketika Raisa Andriana mulai naik ke panggung. Satu jam penuh, penyanyi lagu serba salah ini menghibur ribuan penonton yang datang memenuhi auditorium.“Hampir sesuai target, 1700-an tiket sold out” sahut ipin, ketua panitia infest 2012 ketika ditanya jumlah tiket yang terjual. (sinta/momentum)
Read more →

Thursday, May 17, 2012

Books published per country per year

,
Read more →

Mengembalikan Jati Diri Bangsa dengan Menulis

,

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menulis” Kata-kata bijak tersebut justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada saat ini. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang menempati urutan tertinggi di dunia, Indonesia masih dikatakan kurang dalam hal penerbitan buku. Padahal jumlah penduduknya mencapai lebih dari 200 juta, namun buku yang diterbitkan pertahun hanya berkisar 24 ribu buku. Jika dibandingkan dengan negara yang jumlah penduduknya tidak terpaut jauh, Amerika Serikat mampu menerbitkan sekitar 288 ribu judul buku baru per tahun. Mungkin ada yang bertanya mengapa dibandingkan dengan negara maju sekelas Amerika Serikat. Bagaimana jika dibandingkan dengan negara berkembang lain? Malaysia mampu menerbitkan 15 ribu buku pertahunnya dengan jumlah penduduk 10 kali lebih sedikit dengan Indonesia. Vietnam pun mencapai lebih dari 24 ribu buku per tahun dengan penduduk hanya 89 juta.

Jumlah terbit buku suatu negara dapat menjadi indikator bagaimana kualitas suatu negara. Terbukti yang berhasil memajukan negaranya adalah yang mampu menorehkan banyak tulisan, lihat saja bangsa Yunani dan Romawi yang banyak meninggalkan tulisannya di masa lalu berupa ilmu pengetahuan atau sebatas kata-kata bijak. Kesulitan terbesar bangsa Indonesia adalah malas untuk menulis, entah itu menuliskan idenya atau menuliskan kegundahan hatinya. Yah, mungkin menulis, tapi hanya tebatas pada 140 karakter. Walaupun kesempatan untuk menulis ada di banyak tempat, alangkah baiknya jika konten yang ditulis memiliki sesuatu yang menginspirasi.

Indonesia mulai membuka kesempatan bagi mahasiswa dalam mengembangkan minat menulis dengan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), di Undip sendiri presentasenya terus meningkat dari tahun ke tahun, ditambah lagi dengan keberadaaan PKM sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan beasiswa, mahasiswa mulai berlomba-lomba untuk menulis. Untuk tahun 2012 ini, jumlah PKM Undip yang didanai dikti sebanyak 241, terpaut jauh dengan tetangga kita, Unnes. Unnes berhasil mencapai 654 PKM dan menjadi universitas yang mendapatkan pendanaan Dikti terbanyak tahun ini. Dengan ini, diharapkan mahasiswa dapat terpacu untuk mulai menulis dan meningkatkan tulisannya. Jadikan menulis sebagai budaya, karena dengan menulis gagasan dapat tersalurkan dan dapat menjadi cerminan bagaimana suatu bangsa betindak. Seseorang akan terus hidup karena ia menorehkan sesuatu, tulisannya. (sinta/momentum).
Read more →

Wednesday, May 9, 2012

ini cerita ibu kosku, mana cerita ibu kosmu?

,


Saya dua kali pindah kos. Kos pertama saya di bandung, dari depan tidak terlalu menggiurkan bentuknya, tingkat tiga dan kumuh. Tapi ini tempat yang paling strategis, gimana gak, di seberang kos udah ada dunkin donat, angkot, dan pangkalan damri, 20 meter sebelah kiri ada mall, bayangkan 20 meter! Fotokopian, ATM, alfamart, tempat makan dari yang paling murah-mahal bisa dijangkau kurang dari 50 meter. Gak beda jauh sama kos kedua dan ketiga saya di semarang, akses kemana2 juga deket, cuma ga ada mall aja hehe. Tapi sebenernya bukan itu intinya, saya mau ceritain gimana ibu kos di kos-kosan yang pernah saya tempatin beserta ibu kos teman-teman saya dalam mengelola listrik di kosnya.

Di kos pertama, sang ibu kos membiarkan anak-anak kosnya membawa berbagai macam alat elekronik tanpa tambahan biaya apapun, semacam TV, kulkas, PC, laptop, apapun semuanya udah termasuk. indah bukan? harga pun terjangkau :D

Kos yang kedua mulai gawat, biaya listrik terpisah, laptop dan PC beda bayarnya, rice cooker, heater harus nambah lagi. walaupun yang kecil-kecil bisa diumpetin, tapi ibu kos suka diem-diem masuk kamar pas liburan, ngecek apa aja yang dibawa dan kalo ada yang tidak sesuai dengan harapannya, siap-siap disita.

Kos tempat saya berdiam sekarang, sistem listrik diatur per kamarnya, listrik di satu kamar cuma  bisa dipake buat kipas dan charger handphone, selebihnya jangan harap. Seandainya kita mau ada tambahan listrik untuk TV atau charge laptop harus ngambil listrik dari luar, agak ribet awalnya karna kita wajib beli roll yang panjang. Beruntungnya teman-teman saya yang lain tidak perlu membayar listrik tambahan, karna beberapa dari mereka berhasil menjebolkan aliran listrik di kamarnya, jadi semua listrik bisa aman tentram damai di satu kamar, saya termasuk yang tidak beruntung. Konon, kalo ada temen yang ngerjain tugas di ruang tamu dan mendadak ibu kos dateng ngeliat ada orang lain yang bukan anak kos make listrik akan kena marah.

Semakin lama saya semakin terbiasa menghadapi hal-hal seperti ini, yang aneh di kos teman saya yang lain. Printer pun harus bayar, bahkan modem pun harus bayar juga. Asumsi ibu kos, seandainya sang mahasiswa punya modem, ia akan lebih sering make laptop, maka biaya listrik akan bertambah besar [masuk akal, tapi menyebalkan].

Cerita aneh lain, teman saya pun harus membayar kalo pake pompa buat aqua galon, gak habis pikir, pompa yang gak pake listrik, yang cuma di push doang harus bayar. Ternyata yang jaga kos ini udah sepuh, asumsinya sesuatu yang mengelularkan air itu pake listri [mungkin dia pikir itu dispenser] hehe.
Read more →

Sunday, April 22, 2012

Action, Cuy!

,

Tiga atau empat tahun yang lalu, mungkin jika kita sedang berada di tempat makan dan tiba-tiba terjadi kecelakaan, orang-orang berhamburan keluar membawa air minum atau yang bisa dilakukan untuk korban. Tapi sekarang? Action juga masih tetap dilakukan, tapi dengan cara yang berbeda. Orang-orang lebih memilih untuk update di twitter atau facebook “ada yang kecelakaan cuy di depan tempat makan gw, berdarah-darah, tragis! Mari berdoa”

Atau yang lain, penggalangan dana untuk korban kecelakaan, sebutlah ‘koin untuk juju’. Banyak juga orang yang action langsung ngasih koin, tapi banyak juga orang yang sibuk ketar-ketir action lewat social media “ayoo, ikutan koin untuk juju”

Miris ya, perkembangan teknologi membuat individu-individu jadi unsosial. Walaupun ada sisi positifnya. Saya pun menulis di blog ini karna perkembangan teknologi, bukan begitu? Berbeda antara take action secara real dan take action secara fiktif. 
Read more →

Wednesday, February 29, 2012

Teknik Industri Undip on Kick Andy

,

wow wow oww, dua minggu yang lalu Teknik Industri Universitas Dipnonegoro baru aja ngejalanin perjalanan panjang, salah satu destinasinya ke kick Andy. tayang hari Jumat ini, 2 Maret 2012. Nonton ya. FYI, di pojok kanan bawah itu dosen saya, Ibu Aries Susanti. Sayang, foto saya ga ada L

kick andy
Kick Andy Studio

Siapa yang tak kenal dengan Band Wali. Band yang personilnya terdiri dari Farhan ZM (Faank) sebagai sebagai lead vocal, dengan gitarisnya Aan Kurnia alias Apoy  dan Ihsan Bustomi alias Tomi sebagai drummerdan pemain keyboard Ovie Hamzah Shopi – ini terkenal dengan lagu-lagunya yang mengusung musik pop dengan bumbu aroma melayu. Di balik kesuksesan band yang terbentuk pada tahun 1999 ini, dilatar belakangi oleh para personilnya yang berasal dari lulusan pesantren. Semua anggota Band Wali adalah alumni dari berbagai pesantren di Indonesia. Maka tidak ayal, pendidikan pesantren yang mereka emban kerap mempengaruhi musik dan tingkah laku para personilnya. Bahkan kisah sukses hidup mereka dari santri menjadi band terkenal kemudian difilmkan melalui sebuah film yang berjudul “Baik-Baik Sayang”. Hingga kini Band Wali telah meraih berbagai penghargaan, sejak album pertama mereka diluncurkan di tahun 2008 lalu.

Lahir dan besar di lingkungan pondok pesantren, tidak menjadikan seseorang kyai bernama Hasanain Juaini ter-kooptasi dengan lingkungan sekitarnya. Ayahnya almarhum adalah pendiri Pondok Pesantren Nurul Haramain, pada tahun 1952 di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Lombok. Presantren yang pada awalnya dibangun dengan cara tradisional, oleh Hasanain kemudian dikembangkan dengan cara yang lebih modern. Hasanain mampu merubah paradigma nilai ke-agamaan yang kental dari balik tembok pondok pesantren, menjadi lembaga pendidikan yang berbasis lingkungan dan teknologi. Jika sebelumnya di tahun 1992, Pondok Pesantren Nurul Haramain hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki, berpedoman amanat yang diberikan oleh sang ibunda, pada tahun 2006 Hasanain membangun Pondok Pesantren Nurul Haramain Putri. Dalam mendidik murid-muridnya, Hasanain mengaku tidak membeda-bedakan antara santri putra dan putri. Selain sekitar 500 santri putra, saat ini jumlah semua santriwati Madrasah Tsanawiyah (Mts) dan Madrasah Aliyah (Ma) sebanyak 554 orang. Hasanain tak hanya melakukan sosialisasi dan advokasi tentang kesetaraan gender dan pengembangan kreativitas, di pondok pesantrennya, ia juga mengajarkan tentang sikap saling menghargai dalam perbedaan. Hasanain yang sejak 4 tahun lalu dipercaya menjabat Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, inipun menganggap kearifan terhadap lingkungan sudah diatur dalam Al Quran. Dari dorongan itulah, Hasanain tergerak untuk menyosialisasikan semangat cinta lingkungan, yang ia tularkan kepada santri dan warga sekitar pesantren. Salah satu usahnya, untuk mengembalikan fungsi alam, pada tahun 2003, ia membeli lahan tandus seluas 36 hektar dan di sulapnya menjadi kawasan konservasi hutan yang ia namai Desa Madani. Tak heran, bila penghargaan Ashoka International, ia dapatkan karena Hasanain telah membuat terobosan inovasi dalam persoalan sosial, pluralisme dan perspektif gender di pondok pesantren dan kehidupan Islam. Dan penghargaan Piagam Pelesatari Lingkungan dari Bupati Lombok Barat karena konsistensinya terhadap kegiatan konservasi hutan dan air di tahun berikutnya. Kini, setelah lebih dari 15 tahun ia meneggakkan prinsip man jadda wa jadda, melalui pendidikan untuk para santri dan santriwatinya, beberapa apresiasi pun ia dapatkan. Seperti Maarif Award tahun 2008, dan Ramon Magsaysay pada tahun 2011.

Menuangkan cerita novel kedalam audio visual film tentu bukanlah hal yang mudah. Dalam menggarap skenario film Negeri 5 Menara, M. Rino Sarjono dan Salman Aristo penulis skenario sekaligus produser film Negeri 5 Menara melakukan riset dan konsultasi mendalam dengan penulis novelnya, Ahmad Fuadi, secara intens. Film ini mengambil lokasi syuting di Pondok Modern Darussalam Gontor Jawa Timur, Sumatera Barat, Bandung, hingga London. Bahkan ijin dari pihak Pondok Modern Gontor baru keluar setelah Affandi Abdul Rachman (Fandi), sang sutradara - menggandeng Ahmad Fuadi untuk melakukan pendekatan dengan kyai di Gontor. Syarat yang dilayangkan oleh pihak pondok itu hanya satu, yaitu shooting harus dilakukan selama bulan puasa, di mana para santri libur dan kembali ke daerahnya masing-masing. Casting tidak hanya dilakukan dalam pemilihan sutradara saja, tetapi juga pada pemeran tokoh-tokoh dalam film ini. Ada sekitar 3000 orang yang ikut dalam casting terbuka yang dilakukan di toko buku Gramedia dibeberapa kota besar di Indonesia selama tiga bulan. Proses casting pemain film ini memang dilakukan dengan secara serius. Seperti misalnya, Lulu Tobing yang memerankan karakter Amak, ibunda dari Alif, pemeran utama dalam film ini. Lulu di-casting sampai tiga kali. Begitu pula dengan Ikang Fauzi yang memerankan Kyai Rais, dan beberapa aktris dan aktor papan atas Indonesia. Tak hanya aktor dan aktris, pemain baru pun juga dipilih dengan cermat. Ketika Fandi (sutradara) bertemu dengan pemeran utama Alif, Gazza Zubizzaretha (Gazza) - di Taman Ismail Marzuki. Walau dalam pertemuan pertama itu Affandi yakin bahwa Gazza cocok memainkan peran Alif, namun ia tetap meminta Gazza untuk melakukan proses casting. Meski telah terjadi “director’s click” saat pertama kali Fandi lihat, tetapi Gazza yang asal Medan tetap melakukan proses casting dan pelatihan bahasa Minang. Film Negeri 5 Menara ini dilengkapi  dengan soundtrack film dengan judul Man Jadda Wa Jada yang digarap oleh musisi kawakan Indonesia, Yovie Widiyanto. Di bawah bendera perusahaan rekamannya sendiri Yovie Widianto Music Factory (YWMF), Yovie mempersiapkan kurang lebih 12 lagu, dengan single pertama yang berjudul Man Jadda Wajada, yang dibawakan oleh Yovie and Nuno. Beberapa penyanyi ternama ikut mendukung dalam album ini. Tak kalah seru, seluruh penonton Kick Andy yang hadir mendapat undangan gratis untuk hadir dalam pemutaran film ini.

Read more →