Monday, September 30, 2013

Asing Berdaya

,
Sumber Gambar


Beberapa pekan yang lalu, saat Hari Tani digemakan, ada kabar buruk yang justru melukai hati para petani, atau mungkin para petani justru senang karena mereka akhirnya bisa melakukan kegiatan pertanian dengan harapan lebih menjanjikan?! Tapi yang pasti kabar buruk itu pasti melukai hati warga Negara Indonesia yang sedih setiap segala sesuatu yang ada didalamnya, nyatanya bukan milik Indonesia.

How come, kita tinggal di Negara yang lahannya bukan punya kita?

Cerita itu datang saat saya melihat artikel di liputan6.com, salah satu lahan pertanian di Jawa Barat akhirnya terbeli oleh Cina dan Malaysia, tujuan mereka sebenarnya sangat mulia, karena ingin memenuhi kebutuhan pangan dunia, dan kemuliannya bertambah lagi karena bisa memperkerjakan rakyat Indonesia. Tapi apakah harus seperti ini caranya?
Kelompok agribisnis China-Malaysia tengah berupaya membangun lahan persawahan dan proyek pengolahan terpadu pada November mendatang di Indonesia. Dengan dana investasi US$ 2 miliar (Rp 20,3 triliun), perusahaan China ini berharap bisa memasuki pasar berkembang di tanah air sekaligus memenuhi pasokan beras domestik.

Proyek di Indonesia akan menjadi usaha patungan Wufeng yang pertama dan diharapkan dapat memenuhi pasar luar negeri. Direktur Amarak Saadiah Osman mengatakan, usaha patungannya tersebut akan menyediakan modal untuk menggarap lebih dari satu juta hektare lahan persawahan di Indonesia.

Perusahaan asing terkenal lain yang telah berhasil bertahun-tahun menduduki Indonesia adalah PT. Freeport, menambang emas bertahun-tahun, tapi justru tidak membuat manusia di sekitar perusahaan tersebut menjadi lebih kaya. Masyarakat di sekitar kawasan Freeport justru hanya menjadi penonton di wilayahnya yang terkesan “dijajah”. Info dari inilah.com menjelaskan bahwa 90% minyak dan gas bumi Indonesia telah dikuasai asing. Hatchim!

Lain cerita, teman saat ini sedang di berada Kepulauan Riau, salah satu pulau terindah di Indonesia, keindahan ini justru diceritakan dengan banyaknya asing yang memberdayakan lahan-lahan di sana untuk dijadikan resort, dan salah satu resortnya adalah resort terbaik di Indonesia. Bahkan ada salah satu pulau yang katanya di “sewa” kan, disewakan bertahun-tahun tidak tahu sampai tahun kapan. Ingat perkebunan yang tempo hari terbakar dan asapnya sampai ke Negara tetangga? Tahu perkebunan itu punya siapa? Punya tetangga kita sendiri.

Lebih jauh lagi, coba kita introspeksi diri, apa yang menyebabkan kekayaan alam ini jusru dengan mudahnya dimanfaatkan orang-orang yang tidak semestinya, bukan orang Indonesia. 
- Kita belum bisa memanfaatkan dengan baik SDA yang ada
- Kita terlalu mudah tergiur dengan pundi-pundi uang yang ditawarkan
- Kita terlalu asik berdiam diri dan menonton
- Kita terlalu mudah di-lobby

Alhamdulillahnya, semakin banyak yang sadar atas keberadaan orang asing ini, sejumlah orang Indonesia sedang gencar-gencarnya membuat program Indonesia Berdaya, semacam sedekah rombongan untuk menyelamatkan asset negara dari tangan asing, sehingga Indonesia dapat sepenuhnya memiliki kepemilikan Indonesia-nya.

Semoga kita tidak (seperti) menumpang di negeri sendiri.
Read more →

Sunday, September 22, 2013

Sumur Masalah

,
Sumber Gambar

Mungkin karena saya sedang bergelut dengan tugas akhir, dimana pencarian masalah untuk penelitian sangat menarik dilakukan. Sampai akhirnya begitu banyak masalah datang menghampiri. Bahkan selimut yang dilipat tidak sesuai sisi-sisinya atau kursi lipat tidak dilipat dan ditempatkan dengan keadaan yang tidak saya inginkan akan saya jadikan masalah.

Belakangan, seseorang yang mendiami tempat saya berlabuh saat ini, yang sudah saya anggap sebagai ibu, karena kalo lapar tak tertahankan dan keuangan mulai menyusut, beliau lah orang yang cari. Baru-baru ini, sang ibu mengeluhkan panasnya kota Semarang yang membuat keringat mengalir seperti tetesan gerimis. Saya hanya bilang “Namanya juga kemarau, Bu.”, pernyataan saya dilanjutkan dengan “Ya tapi jangan lama-lama dong, nanti sumur di rumah ibu kering, ga ada air lagi. Apalagi sekarang banyak rumah yang pake sumur bor.” Saya mulai mencondongkan badan ke arah ibu, lalu otak saya mulai berimajinasi. Imajinasi.. sambil membentangkan kedua tangan di atas kepala membentuk pelangi seperti spongebob. Kalo tidak tahu episode spongebob yang itu ya sudah.

Ternyata perkataan dosen saya yang mengatakan bahwa semakin banyaknya perumahan yang mulai membuat bor pribadi akan merusak ekosistem adalah benar, saya baru sadar. Dan ternyata orang terdekat saya sudah mulai mengalami bencana ini. Ini mulai gawat!

Aang bilang kalo bumi punya empat elemen: air, tanah, api, udara. Dahulu, air yang ada di dalam tanah adalah sesuatu yang bebas (free goods) alias dapat dipakai secara bebas tanpa ada batasan pemakaian. Tapi kondisi telah berubah dan mengakibatkan air tanah menjadi sesuatu yang dikomersilkan. Jangan sampai hal ini terjadi pada udara.

Sejujurnya, saya belum terlalu banyak mencari (googling) solusi alternatif yang logis ataupun tidak logis [seperti penutupan pabrik kendaraan bermotor] dalam mengatasi permasalahan sumur bor ini, tapi alangkah indahnya jika ada yang mau mendiskusikan.

Terlalu banyak intro sepertinya.

Baiklah, air tanah yang berada di bawah permukaan tanah adalah suatu bentuk kekayaan alam, sayangnya keberadaan air tanah ini tidak merata di setiap tempat, jadi diperlukan suatu strategi untuk menemukan titik temu keberadaan air, dan untuk memanfaatkannya diperlukan suatu teknologi yang bernama sumur bor. Keberadaannya pun terbatas, apalagi di saat hujan tiada turun menghampiri bumi.

Tulisan ini beberapa saya kutip dari paper Bapak Dr. Heru Hendrayana dari Teknik Geologi UGM mengenai Dampak Pemakaian Air Tanah (sumber). Berikut ini merupakan sekilas tulisan mengenai dampak pemakaian air tanah dari Bapak Heru, yaitu:
·    Penurunan muka air tanah
Jelas, air tanah yang dimanfaatkan terus-menerus menyebabkan pernurunan muka air tanah.

·    Intrusi air laut
Intrusi air laut berarti pergeseran air tanah dari laut ke daratan akibat air di sekitar pantai terganggu.

·    Amblesan tanah
Terjadi akibat pengambilan air tanah yang berlebihan. Saya sempat berfikir, mungkin lama-lama bisa ada rumah yang ambles ke bawah karena terlalu banyak yang pake sumur bor ini.

Bagian ini saya ambil dan ringkas dari blog Bapak Suherdi (sumber).
Baik sumur galian atau sumur bor mengandung air tawar, dan daerah di Pulau Jawa ini banyak mengandung batu sedimen dan endapan lumpur, galian atau bor yang dilakukan dapat mengakibatkan terbentuknya rongga-rongga dalam jumlah yang banyak, dampaknya membuat air laut terdorong masuk ke dalam, dan air tawar mulai terksploitasi. Lama-lama air sumur bor akan menjadi payau (campuran tawar dan asin), sadarkah suatu saat nanti akan terjadi krisis air bersih?

Sumur bor tidak bisa dieksploitasi terus menerus, harus ada aturan yang menunjang mengenai jarak sumur satu dengan yang lainnya. Tidak harus setiap rumah di setiap perumahan memiliki sumur bor.

Kelak kau harus berfikir suatu hari cicit dari cicitmu akan mengalami dampak atas apa yang kita perbuat.

Little comment for better future!
Read more →

Saturday, September 14, 2013

Musik Indonesia Punya Saya

,
Rasa-rasanya tulisan saya belakangan ini agak serius, let me think about something different, something I like the most, about music in Indonesia. Wohooo!!

Bisa mendengar adalah anugerah, mendengar musik yang disukai juga termasuk anugerah, senang bukan mendengar sesuatu yang menyenangkan telinga lalu merasuk sampai ke hati?

Saya sudah agak lama mengangguri playist musik di kamar dengan volume speaker super keras [efek pernah di protes], kerinduan ini akhirnya berbalas, berbalas karena saat ini saya kembali mendendangkan berbagai macam alunan musik,  dan lagi-lagi tidak berapa lama kemudian teman datang mendatangi kamar dan berkata “kenceng amat lo” kemudian pergi dari kamar, kemudian masuk kamar saya lagi. Saya yakin karena musik ini bukan alirannya, kalo sealiran juga kita pasti jedag jedug bareng. Teman kos yang lain pun begitu “gw gak bisa nyanyi lagu lo, gak ngerti.” Ingin rasanya suatu hari nanti saya punya suatu ruangan di rumah yang dindingnya saya tempeli karpet. Buat lesehan di dinding.

Dulu, saat saya dan mbak di kos sedang sama-sama patah hati [buka memori], kita berdua untuk waktu yang lama dan beberapa kali melakukan adegan yang biasa dilakukan orang-orang patah hati, tidur bersama di malam hari. Dan kerokean bersama di siang atau sore hari, dengan remote tv sebagai mike. Dan Sampai sekarang pun begitu. Jadi musik bagi saya adalah suatu wujud pengekspresian diri atas kegundahgulaan.

Mari saya perkenalkan artis penghibur tak beroyalti ini. Saya mbajak di google atau minta temen. Maaf kalo begitu.

Maliq & D’Essentials


Grup band ini punya gitaris yang gantengnya bukan main, namanya Lale. Setiap konser, Lale selalu jadi hiburan untuk wanita-wanita macam saya ini haha. Senyum dan pimples-nya bukan main, bikin geregetann! Maaf salah fokus.

Maliq, Music and Live Intrument Quality, menyatakan dirinya memiliki aliran musik pop, soul, funk, rock, jazz, dan blues. Apapun itu, saya suka sama semua lagu di semua albumnya. Band ini berdiri tahun 2002, dan udah beberapa kali ganti personel, termasuk si Lale ini, dia gantiin Satrio Alexa main gitar. Dan Ilman Ibrahim yang gantiin Ifa sebagai keyboardist. Semuanya udah nikah, kecuali Lale. Salah fokus lagi.
                                                                     
Tujuh album sudah dikeluarkan, dan album terakhir bernama Setapak Sriwedari. Salah satu lagu di albumnya bikin saya pengen cepet-cepet, ya cepet itulah. Judulnya Inilah Kita. Sudahlah, gak fokus.

The Groove


Tujuh tahun berlalu, akhirnya di tahun 2013 ini The Groove menunjukkan lagi batang hidungnya dengan new album Kusambut Hadirmu yang release Mei 2013 lalu, kombinasi suara Rieke Ruslan yang tinggi dan Reza yang rendah, saya susah mengutarakan imajinasi yang saya dengarkan. Lagu dan musiknya enak banget. Gak semua lagu saya dengerin si, tapi yang paling saya suka dan denger berulang-ulang itu: Dahulu, Sepi, Hanya Karena Cinta, Satu Mimpi, Khayalan, Katakan Dengan Cinta.

The Groove sudah ada sejak jaman saya SD, seinget saya waktu itu, kalo liat video klip nya di TV, Reza sang vokalis pria suka sekali bernyanyi sambil menggoyangkan kaki semacam Elvis Presley.

Barry Likumahuwa Project (BLP)


Mati saja! Bukan saya meminta anda untuk mati, itu lagu pertama yang saya dengar dari BLP, teman yang menyanyikan langsung untuk saya, sweet kan? Saya newbie di sini, jadi gak tahu banyak tentang Barry. Tapi Barry ini punya bapak yang namanya Benny, musisi jazz juga. The apple doesn't fall far from the tree, does it?

Barry ini punya komplotan yang akhirnya dia beri nama Barry Likumahuwa Project, diusung tahun 2006. Musiknya menggabungkan jazz fusion, funk/soul rhytm dengan jazz harmony dan melody, dan membaurkan dalam bentuk rock and roll. Nah lho gak mudeng?! Modal copas sedikit dari sini.

SORE


Ini band indie asal Jakarta, pertama kali nonton pas lagi nonton konser Maliq di Bandung tahun 2009, SORE jadi band pembuka, saya diam dan pura-pura goyang aja waktu itu. Ternyata lagunya enak-enak, tapi berlalu gitu aja abis konser. Beberapa tahun berikutnya saya baru punya full album mereka.

Salah satu yang recommended adalah Somos Libres. Dengarlah!

Mocca


SMP awal mocca sudah menggema di telinga, musiknya yummie didenger. Dan untuk pertama kalinya saya tahu alat musik flute dari Arina sang vokalis. Sewaktu saya masih berkelana di Bandung, perdana konser mocca yang saya ikuti bersamaan dengan sore dan maliq membuat saya wow, lagi-lagi Arina sang vokalis tidak hanya beratraksi dengan alat musik flute-nya, tapi juga melakukan tap dance. Tap dance adalah salah satu jenis tarian yang mengandalkan bunyi dari kaki yang dihentakkan ke lantai dengan menggunakan sepatu khusus.

Nanti malem ada konser Mocca di Semarang, apa daya, pundi-pundi rupiah yang saya punya tidak mendukung.

White Shoes and The Couples Company (WSATCC)


Saya heran kenapa ada yang bikin nama sepanjang ini untuk sebuah band. Sudahlah, selama bisa diucapkan dalam satu napas. Kalo pernah melihat video klipnya, WSATCC ini memainkan peran dan lagunya sebagai sosok yang jadul, era tahun 70-an. Jadul sekali. Tapi musiknya enak bukan main. Kalo tidak salah, single pertamanya Senandung Maaf, lalu Windu Defrina.


Let us Jedag-Jedug!
Read more →

Friday, September 6, 2013

Hidup Tanpa Teknologi

,
Sumber Gambar

Konon katanya 3 September lalu PLN mengalami gangguan sistem transmisi induk untuk di sekitar wilayah Jawa Tengah dan Jogjakarta, kondisi ini berakibat terputusnya aliran listrik a.k.a mati lampu di hampir 70% area Jawa Tengah dan Jogjakarta. Saat itu saya sedang berada di suatu desa di sebuah kota di tengah Pulau Jawa: Pekalongan.

Momen langka ini dimanfaatkan teman mengajak saya untuk berekreasi, sekedar mencari angin malam menjelajahi Pekalongan. Tapi apa daya, tiga sendok makan obat cair sudah saya teguk senja itu, saya tetap meng-iya-kan ajakannya sambil semaput merindukan kasur empuk. But I still enjoy the moment, no electricity. A friend, a motorcycle, and billions of stars. Sambil melewati persawahan dan disambut angin malam terus-menerus. Kemudian mual.

Momen ini mengingatkan kembali akan kediaman tempat saya berhijrah yang seringkali mengalami pemadaman bergilir, namun hampir setiap waktu kematiannya saya selalu berusaha menikmatinya. Hanya ditemani sebatang lilin atau emergency lamp berukuran mungil dan teman. Tanpa laptop. Tanpa handphone. Sunyi. Saya benar-benar menikmatinya. Benar-benar menikmati. Benar-benar.

Beranjak ke beberapa tahun silam, sebelum teknologi menjadi [seperti satu-satunya] alat yang tidak bisa dilepas dari genggaman kehidupan umat manusia, rasa-rasanya hidup lebih indah. Semua orang menikmati setiap moment hidupnya. Bagaimana tidak bisa menikmati, saat berkumpul bersama rekan atau handai taulan, mereka benar-benar bercengkrama, memahami percakapan satu sama lain tanpa dihalangi gadget canggih itu. Saat dimana tidak ada facebook, twitter, path, dan instagram. Saat tidak semua yang kita lakukan ter-publish kedalamnya.

Rindu saat di Sekolah Dasar, saya mengirimi surat hasil tulisan tangan saya ke Sherina Munaf. Rindu saat guru meminta kami yang ada di kelas untuk saling berkirim surat walaupun setiap hari bertemu dan ternyata surat tersebut sampai lebih dari sebulan kemudian. Rindu saat teman baru tiba-tiba akan berganti teman baru lagi di sekolahnya yang lain, lalu kami saling mengirimi surat walaupun berada di satu kota yang sama. Rindu mendengar kisah lain di saat teman bercerita ia mendapat sahabat pena karna menerbangkan balon dengan surat didalamnya. Rindu saat hari lebaran menjelang, saya dan ayah sibuk mengirimi kartu lebaran. Rindu saat saya dan dia terpisahkan pulau lalu kami bertukar kata-kata. Rindu melihat diary dan surat Ayah tentang ibu. Rindu tulisan tangan itu, seperti apa wujudnya mereka saat ini? Calibri-kah? Arial-kah? Times New Roman-kah?

Ko saya jadi seperti seseorang yang anti teknologi begini ya? Saya justru termasuk salah satu dari kalian yang menggilai setiap keberadaannya. Tapi saya rindu akan waktu dimana saya dan semua orang masih bisa hidup tentram, damai, dan bahagia tanpa teknologi. Saat semua orang lebih menghargai kebersamaan.


Saat aku dan manusia saja. Aku rindu.
Read more →

Tuesday, August 6, 2013

Matjet Djakarta

,
Macet Jakarta
Sumber Gambar


Percakapan di dalam mobil
Me: Nyalain AC, ma.
Mom: [AC nyala] Mama udah gak pernah pake AC, ta. Bensin mahal banget sekarang.
Me: [kaget kemudian bijak] Hah?! Yah kan emang tujuan pemerintah naikin harga BBM supaya orang-orang jadi naik angkot. Makanya naik angkot aja!
Mom: Naik angkot banyak copet, lagian masih macet juga.

Lantas siapa yang salah? Ibu saya yang salah? Ibu selalu benar, kawan.     

Jakarta, ibu kota Negara Indonesia, dengan 10.187.595 juta jiwa dalam luas sekitar 661.52 km2, yang berarti melebihi batas ideal suatu kota [batas ideal: 6,5 juta penduduk] dan merupakan kota dengan jumlah mall terbanyak di dunia, yaitu mencapai 170 mall adalah kota dengankemacetan tertinggi. Sewaktu saya magang di daerah Sunter, untuk berangkat dari Bekasi dengan timing yang tepat, saya akan sampai dalam waktu 45 menit, jika lewat sedikit dari timing akan lebih dari sejam. Sedangkan kepulangannya memakan waktu hingga empat jam, paling cepat dua jam. Coba saja kalikan waktu terjebak macet dengan jumlah hari kerja per tahun, berapa banyak waktu yang saya buang?

Penyebab Kemacetan
·         Jakarta adalah pusat dari segala pusat. Pusat pemerintahan, perkantoran, perbelanjaan, hiburan semuanya menjadi satu di Jakarta. Terpusatnya segala aspek di satu titik menjadi kesan bahwa Jakarta tidak punya planning yang terarah sejak awal. Kalaupun mau merubah, akan terasa sulit.
·         Urbanisasi besar-besaran. Keyakinan nasib akan berubah setelah datang ke ibu kota masih cukup besar, karena itu pemerintah memberikan wacana “Jangan datang ke Jakarta kalo belum ada pekerjaan”
·         Jumlah penduduk yang tidak wajar diiringi kurangnya kesdaran masyarakat. Ibu saya misalnya, sudah tahu harga BBM naik, beliau mengeluh tapi tetap saja naik kendaraan pribadi.
·         Pembangunan yang dilakukan terus-menerus. Developer berlomba-lomba membangun perumahan, mall, gedung dan sebagainya, sasaran empuk bagi pendatang yang akan menetap untuk membeli rumah. Dan lagi, pembangunan jalan yang terus dilakukan, namun tidak seiring dengan volume pertambahan kendaraan bermotor. Jalan semakin melebar, kendaraan juga semakin banyak.
·         Banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan, sehingga membuat terhambatnya arus laju kendaraan.
·         Banjir besar setiap tahun menjadi salah satu penyumbang kemacetan di Jakarta, jalanan menjadi tersendat, bahkan membuat kendaraan menjadi mogok.
·         Rasa tidak percaya penduduk bahwa solusi pemerintah dapat membantu menyamankan diri selama perjalanan. Lagi-lagi ibu saya contohnya, ketakutan akan ketidakamanan transportasi publik menjadi faktor utama, tidak menjamin setelah naik angkot, beliau akan cepat sampat dan dalam keadaan aman.
·         Jumlah kendaraan yang terus meningkat dari detik ke detik, volume pertambahan kendaraan per tahunnya adalah 11.26%, sedangkan pertambahan ruas jalan adalah 0.01%. Semua perusahaan kendaraan bermotor punya target tinggi terhadap penjualan, dan semuanya juga memberikan inovasi terbaru dalam kemajuan kendaraan tersebut. Satu sisi baik, sisi lainnya justru merugikan.

Jika seksama, kita dapat melihat bahwa kemacetan seperti siklus. Mulai dari pemusatan segala aspek, lalu penduduk bertambah, pembangunan dilakukan terus menerus, pabrik terus memproduksi kendaraan namun tidak diiikuti pertambahan ruas jalan, kesadaran masyarakat unuk naik public transportation kurang, lalu macet. Tapi terus saja berulang.

Pemerintah sudah berupaya sekuat tenaga agar prediksi macet total di tahun 2015 tidak akan terjadi. Sudah banyak yang dilakukan, banyak sekali. Tapi saya rasa, akar permasalahannya ada pada satu hal: Pabrik Kendaraan Bermotor.

Ada berapa banyak pabrik kendaraan bermotor di Jakarta? Berapa banyak kendaraan yang mereka produksi per bulannya. Sebenarnya, inilah point utama yang menjadi tahapan awal terjadinya kemacetan di Jakarta. Suatu hari saya pernah mendengar, salah satu perusaan pembuat kendaraan bermotor berencana menjual mobil murah, seperti mengedukasi masyarakat untuk mempunyai kendaraan. Sedih sekali. Coba lihat lagi, mayoritas merek-merek kendaraan didominasi oleh Jepang, tapi coba lihat, masyarakat di Jepang lebih suka mengendarai sepeda atau naik public transportation.  Sewaktu ada orang Jepang di Indonesia, saya tanya bagaimana perasaan  mereka disini, yang pertama mereka bilang adalah banyak sekali motor, ia bilang di Jepang tidak ada motor. How come? Jepang melihat peluang, melihat Indonesia adalah negara berkembang dengan jumlah pengangguran yang banyak dan masyarakat yang konsumtif. Voila. Jadilah, bertebaran pabrik kendaraan bermotor di Indonesia. Mereka hidup sehat tanpa mecet dan polusi, kita sebaliknya.

Jadi, apakah menutup pabrik kendaraan bermotor adalah hal yang perlu dilakukan? Bagaimana nasib karyawannya? Kontrol pertumbuhan volume kendaraan. Lihat Indonesia. Lihat kekayaannya. Manfaatkan! Jangan biarkan orang lain yang memanfaatkan.

Kadang hanya berbicara itu enak.

Maaf baru sebatas opini  :)
Read more →

Thursday, July 25, 2013

Basuki – A Blind Person [OUR CONSCIENCE]

,

Bersama dengan teman sekolah [senior] yang jauh-jauh datang dari Bekasi, beberapa waktu yang lalu kami melakukan perjalanan panjang ke daerah Mijen, Semarang. Jauhnya perjalanan terpuaskan karena hangatnya Pak Basuki menyambut kehadiran kami berdua. Saya adalah wartawan gadungan, tapi teman saya ini adalah wartawan sesungguhnya, jadi bahagia sekali saya waktu itu menemani seorang wartawan yang punya jiwa kemanusiaan tinggi untuk datang meliput cerita Pak Basuki mengenai aktifitasnya di Sahabat Mata. Sedangkan saya hanya duduk manis melihat :)

Cerita sebelumnya pernah saya post disini. Teman saya ini bernama Mutia Zahrotul |  @moeteee dipanggilnya Moete [baca: Mute], ia mengajak saya untuk melihat langsung apa yang sebenarnya terjadi dengan teman-teman disabilitas, pengalaman pertama saya waktu itu. Senang sekali. Tidak hanya seorang wartawati, tapi Mute juga adalah seorang anak yang baik hati, ia banyak mengabdikan dirinya untuk teman-teman disabilitas.

Sampai beberapa hari yang lalu saya dikabarkan shooting yang dilakukan tempo hari membuahkan hasil, sebuah video menyentuh berjudul “Basuki – A Blind Person [OUR CONSCIENCE]”

 [link download youtube >> gak bisa diupload]
Published on Jul 19, 2013
Semarang, 15 Juli 2013

Tak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk menjadi seorang tunanetra. Malam hari tanggal 31 Juli 2002 adalah awal saya memasuki dunia ketunanetraan. Dunia serasa kiamat.

Hampir satu tahun setealh itu saya mengalami depresi mental yang belum pernah saya bayangkan. 1 orang istri dan 4 orang anak ... makan apa mereka ? bagaimana kelangsungan hidup mereka ? Bagaimana dengan saya sendiri ? Dan segala permasalahan yang serasa semakin membenamkan saya di pojok kamar dan menghancurkan citra kemanusiaan saya.

Alhamdulillah, 1 orang istri dan 4 orang anak ternyata menjadi modal untuk bangkit. Sikap dan perlakuan mereka membuat saya lebih cepat bangkit dari perkiraan sebelumnya. Tak sampai satu tahun saya mulai menemukan rasa percaya diri lagi. Satu tekad yang saya dapatkan dari perhatian mereka adalah : Istri saya harus tidak malu bersuamikan saya, dia harus bangga bersuamikan saya. Anak-anak harus tidak malu berayahkan saya, mereka harus bangga berAyahkan saya. Demikian yang lainnya, orang tua, saudara, sahabat, mereka harus tidak malu atas keberadaan saya. Mereka harus bangga dengan keberadaan saya.

Sejak pertengahan 2003 saya mulai mencoba untuk menceburkan diri ke dalam komunitas-komunitas yang saya anggap bisa menjadi jembatan untuk menopang kehidupan, paling tidak semakin membangkitkan rasa percaya diri dan membuka ruang baru bagi aktivitas saya yang tunanetra.

Mulai dari MLM sampai seminar-seminar motivasi saya ikuti. Komunitas-komunitas kewirausahaan saya masuki, Retired Rich Club yang didirikan Yance Can sampai Semarang entrepreneur Comunity yang dipelopori Prie GS.

Baru pada pertengahan 2006 saya mulai bertemu dengan komunitas tunanetra. Awal 2007 saya diamanai untuk menjadi wakil sekretaris DPD Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) Jawa Tengah, bulan Juli 2007 menjadi sekretaris. Dalam menjalankan amanah inilah saya mulai mengetahui kondisi sesungguhnya sahabat-sahabat yang tunanetra. Hasilnya, memprihatinkan. Sikap mental yang salah akhirnya mendorong mereka dalam strata social dan ekonomi kelas bawah.

Alhamdulillah, di tahun 2007 itu pula istri saya diangkat menjadi PNS sebagai guru matematika di SMA Negeri 8 Semarang. Dari kesehariannya mengajar, ada satu siswi yang bermasalah dengan prestasi belajarnya. Setelah ditulusuri ternyata permasalahannya adalah mata minus yang ia derita. Kacamata minus tak mampu dibeli orang tuanya yang bekerja sebagai buruh cuci tetangga.

Ada satu rasa senasib. Saya dulu juga tidak bisa memekai kacamata karena orang tua tak mampu beli. Baru kelas 5 SD saya dibelikan kacamata -5,5 yang tak lama kemudian pecah. Masuk SMP dibelikan lagi dan sudah menigkat menjadi -7.

Banyak pihak yang telah terjun dalam upayanya memberikan solusi atas permasalahan ini. Untuk mengurangi resiko kebutaan, baik lembaga pemerintah maupun swasta banyak yang sudah turun tangan. Pemerintah lewat Puskesmas, dari swasta ada Iropin, perdami dan lembaga-lembaga lainnya. Hanya saja, mereka cenderung seragam dalam upaya mengurangi resiko kebutaan ini. Mereka lebih banyak bergerak dari sisi medis dan alat Bantu penglihatan.

Lebih parah lagi, setelah betul-betul menjadi tunanetra dokter mata tak mampu memberikan solusi, bahkan hanya sekedar informasi kemana si tunanetra ini bisa mendapatkan pendampingan untuk pemulihan psikologinya pun tidak. Sementara dalam memberikan solusi bagi permasalahan tunanetra juga sudah banyak instansi yang berkecimpung di dalamnya. Pemerintah lewat dinas social. Sedangkan swasta ada Pertuni, ITMi, mitranetra serta SLB yang dikelola oleh yayasan-yayasan swasta.

Yang saya ketahui mereka lebih banyak bergerak di ranah pemenuhan hak-hak tunanetra dan bagaimana cara orang lain (selain tunanetra) bisa memahami tunanetra. Sementara bagaimana tunanetra bisa memenuhi kwajibannya terhadap lingkungan sekitar masih jarang disentuh.

Salam,


BASUKI - Tunanetra
Email. sahabatmata@gmail.com & bas2net@gmail.com
www.jalancahaya.org
www.sahabatmata.or.id
Read more →

Berantas Korupsi Sejak Dini!

,
Tikus Lambang Korupsi
Sumber Gambar

Pernah gak kita mengambil uang kembalian tanpa ijin saat orang tua meminta kita membelanjakan sesuatu? Atau pernah gak saat membuat anggaran di proposal kegiatan tidak di survey dulu, hanya copy-paste yang sudah ada tanpa tahu itu benar atau tidak? Atau pernah gak mencoba memanipulasi anggaran supaya mendapatkan lebih dari kebutuhan sesungguhnya? Atau pernah gak mencoba lagi untuk memanipulasi anggaran laporan pertanggungjawaban supaya match dengan angka saat memohon dana, padahal anggarannya bisa kurang dari itu?

Kawan-kawan yang budiman, jika anda pernah melakukannya, berarti anda telah melakukan korupsi di scope yang kecil, berhati-hatilah saat dewasa kelak. Karena KPK dan Tuhan akan memberantas. Sembari menulis, saya juga turut menasihati diri saya sendiri.

Sebagaimana lazimnya seorang anak, dan anak terakhir, seringkali ibu atau kakak menyuruh saya dengan paksa membelanjakan sesuatu, untungnya saya sering dapat uang kembaliannya, dan menjajankannya. Sampai suatu hari ibu menyadarkan saya saat kembalian itu sudah lenyap “Mana kembaliannya, ta? Biasain kembaliin walaupun cuma Rp 50,00. Atau kalo mau kembaliannya bilang dulu.”

Saya pun tidak berpengalaman membuat anggaran untuk proposal kegiatan, sampai suatu ketika saya mendapatkan job itu, ternyata beberapa angka yang saya dapat adalah angka ekspektasi, tanpa survey. Cerita lain dari teman, malah ia disuruh melebihkan angka-angka yang tertera supaya mendapat kucuran dana lebih. Atau teman saya lain, yang menjadi inspirasi saya dalam menulis cerita korupsi dini ini, ia diminta seseorang untuk memanipulasi anggaran, supaya sama dengan anggaran yang sudah diajukan sebelumnya, padahal total anggaran yang ada diajukan sebelumnya amat jauh berbeda dengan kenyataan yang dipakai, berbeda hingga belasan juta.

Bermain-main dengan uang memang menyenangkan, apalagi bisa mendapat uang dari apa yang kita kerjakan, tapi harus dilihat secara jeli mana uang yang baik dan tidak. Kadang kita juga tidak sadar telah melakukan korupsi, jika dibiasakan akan terbiasa sampai tua nanti.

Hati-hati dengan uang, mari cegah bibit korupsi sejak dini! *kesambet*
Read more →

Tuesday, July 16, 2013

Agama Yang Mana?

,
Tersesat? Bukan tersesat sepertinya, saya lebih menyebutnya sebagai sisi lain perjalanan spiritual. Disebut sebagai sisi lain karena yang saya alami saat itu bukanlah keyakinan yang seharusnya saya yakini sebagai suatu pedoman hidup.
Sumber Gambar

Tidak sampai satu tahun yang lalu, saya menemukan keberagaman manusia dengan berbagai ajarannya. Teman yang belum saya kenal lama adalah seorang agnostik kalau tidak salah, ia menyakini bahwa semua ajaran agama adalah benar adanya, semuanya mengajarkan kebaikan. Pertama kali, saya melihat ia berdoa layaknya muslim, dan di akhir ia berdoa layaknya kristiani. Agak aneh, tapi saya tertarik, dan akhirnya bertanya ini itu. Teman saya ini bergabung dengan komunitas sesuai keyakinannya, mempelajari Al Quran, Injil, Weda, Tripitaka, dsb. Saya sempat terbawa dalam pemikiran ini, untungnya tidak lama. Beruntungnya lagi, saya masih menjalankan sholat lima waktu. Saat itu saya hanya sambil berfikir; tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, semuanya punya tujuan baik, saya ini membawa agama keturunan.

Sampai suatu ketika saya menemukan buku yang ditulis seorang biksu jenaka, Ajahn Brahm, buku unik judulnya Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Ada empat series, saya punya semuanya! Mungkin kalau ada yang pernah membaca buku Chicken Soup, ya seperti itulah bentuknya, kumpulan-kumpulan cerita kehidupan pengembangan diri, tapi uniknya buku ini dikemas secara apik baik dari segi cover, gaya bahasa yang lucu, dan ah semuanya bagus. Si Cacing ini merupakan karakter yang diibaratkan sebagai seorang manusia, sedangkan kotoran kesayangannya adalah dunia yang fana ini. Cacing asyik berkubang dalam dunia gemerlap.
Edisi Buku 3 dan 4 "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya"
Dokumentasi Pribadi

Ajahn Brahm adalah biksu fenomenal haha, berikut biografi singkatAjahn Brahm yang saya resume dari buku Si Cacing. Ajahn Brahmavamso Mahathera, atau dikenal dengan Ajahn Brahm dilahirkan dengan nama Peter Betts di London, Inggris, 7 Agustus 1951. Ia berasal dari latar belakang keluarga buruh dengan pendapatan pas-pasan. Sejak bersekolah, Ajahn Brahm kecil sudah dikenal pintar dan selalu mendapat beasiswa, hingga di sekolah menengah atas [kalo tidak salah], uang beasiswanya ia belikan buku-buku agama, berbagai jenis agama, karena Ajahn Brahm yakin ia memerlukan agama sebagai landasan hidupnya. Setelah banyak referensi dibaca, akhirnya Ajahn Brahm memutuskan untuk menjadi Buddhist. Setelah lulus SMA, lagi-lagi Ajahan Brahm mendapatkan beasiswa untuk belajar Fisika Teori di Cambridge University. Setelah lulus, ia mengajar di SMU selama satu tahun sebelum pergi ke Thailand untuk menjadi biksu dan berlatih di bawah bimbingan Ajahn Chah Bodhinyana Mahathera selama sembilan tahun. Semenjak menempuh pendidikan sebagai biksu yang penuh tantangan dan pengalaman, akhirnya Ajahn Brahm pergi ke Australia dan membangun wihara bersama beberapa temannya, menumpukkan bata dengan tangan mereka sendiri.

108 kisah di tiap-tiap bukunya membuat saya terlena [apa bahasa yang enak ya?], intinya kebahagiaan dalam hidup, hanya membaca kisahnya saya jadi ikut bahagia. Saya pun sempat berfikir, Buddha adalah agama yang indah dan menenangkan. Tapi di buku terakhir “Horeee! Guru Si Cacing Datang” yang berisikan catatan perjalanan Ajahn Brahm keliling Indonesia, menuju halaman terakhir ada pernyataan yang menyatakan bahwa Buddhist tidak percaya dengan Tuhan Sang Pencipta, Buddhist hanya percaya pada Dewa, pengecualian pada Dewa Yang Menciptakan. Saya kecewa saat itu, tapi saya tetap ingin menerapkan kebiasaan yang dilakukan Ajahn Brahm untuk melepaskan beban; meditasi. Saya mencari tahu dan membeli buku meditasi yang ditulis biksu ini juga, tapi entah mengapa gairah membaca di halaman-halaman awal pun tidak ada, apa karena penerbit dan penerjemahnya beda? Mungkin ya. Gaya bahasanya jadi berubah, padahal sebelumnya sosok Ajahn Brahm terlihat humoris dibuku sebelumnya. Sekedar tahu saja, kalau penerbit buku Si Cacing ini adalah Awareness Publication, pada logonya jelas sekali menggambarkan mata satu di dalam segitiga, dan penerbit ini pernah menerbitkan buku dengan judul Illuminata yang berarti pencerahan. Dan karena logo inilah saya tergerak untuk membaca dan membeli buku Ajahn Brahm. Penasaran. Ada yang salah dengan mata satu atau ilumintati?

Sewaktu sedang giat-giatnya membeli buku-buku ajaran Buddha ini, saya tersentak dengan pertanyaan dan pernyataan kakak saya “Lo udah baca buku biografi Nabi Muhammad? Bagus itu. Baca buku Islam dulu, dalemin, baru lo baca buku-buku kaya gitu!” Dan tetiba saya juga teringat pernah ada seseorang yang memberikan buku 100 Pesan Nabi Untuk Wanita, dan buku yang ibu saya pernah berikan mengenai Islam. Bagaimana bisa? Buku wajibnya malah gak kebaca. Kenapa saya gak baca itu semua dulu? Padahal membaca Al Quran dan terjemahannya juga menentramkan. Masalah meditasi? Saya rasa sholat bisa dijadikan meditasi, karena unsur melepas dan berserah juga ada didalamnya. Apa yang salah pada diri saya kemaren? Masalah semua agama benar? Itu tergantung pribadinya. Yang saya yakini dengan sangat saat ini adalah agama saya ini yang benar, dan yang harus saya lakukan adalah menjaga perasaan ini sampai akhir hayat. Beruntungnya lagi saya tidak perlu mencari, karena saya diturunkan dari darah Islam dari kedua orangtua, Alhamdulillah.

Semua agama mengajarkan yang baik, tinggal bagaimana manusia memilih dan saling respect.
Bagaimana dengan Atheist? Tulisan ini kontroversial?! 
Read more →