Saturday, March 8, 2014

Jamie Cullum Live at Java Jazz Festival 2014

,
Just arrived in Jakarta and ate rendang
Source: Facebook

Jamie Cullum performed at JIExpo Kemayoran, Central Jakarta on February 28, 2014 at 11pm (based on schedule). But actually, he performed in the early morning on March 1, 2014, and if it were not because of Jamie Cullum, for sure, I wouldn't be there. Wasting my time on the way more than five hours fiuhh, it took up to two hours from Cempaka Putih to JIExpo (less than 3 km) by car because of traffic. Then, it took one hour to queue to the first gate daily tickets to get in to Java Jazz Festival. And finally, needed almost two hours to queue again to pass second gate tickets for Jamie Cullum special performance. I remembered at that time thatI almost fainted. The weather was so stuffy, I need oxygen.

Went into Clear Hall, where Jamie would be performed, we needed to wait again until one hour, it was because of check sound, mc chit chat, and welcoming speech from The Promotor of Java Jazz Festival, Peter F. Gontha, he awarded Gita Wirjawan, The President Candidate of Indonesia as his contribution to Java Jazz Festival.

But those all were certainly worth to wait Jamie Cullum in Java Jazz Festival 2014 because of his very spectacular performance. It was his 2nd performance in Jakarta. First time was seven years ago, when he was so young and cute. This time, Jamie opened the concert with The Same Thing, his latest album Momentum, and went about 20 songs in more than 1.5 hours. In the middle of Get Your Way, suddenly he was standing atop and leaping off the piano, also played snare drum and cow bell for Everything You Didn’t Do, and beatboxed, produce music from his body by mouth then hit the chest and cheek, which are Drop It Like It’s Hot, Xo, and I could Have Danced All Night. Jamie Cullum is the most talented and attractive person, without doubt, he is the most entertaining musician I have ever seen. He acted like an attractive child, moved here and there, could never sit still while playing the piano. He’s 35, but still looks ridiculously youthful. He showed great stage presence. The energy was so amazing, like a machine, his condition was stable till the end.
Source: www.metrotvnews.com

Source: www.viva.com

Source: Twitter
Jamie Cullum Played Cowbell, Snore Drum, and Beatboxed
Source: Video JJF2014 (Youtube)

Jamie Cullum on JJF 2007
Source: Video JJF 2007 (Youtube)

Jamie Cullum on JJF 2014
Source: Video JJF 2014 (Youtube)

To get close to the audiences, Jamie Cullum went down the stage. I’ve watched the other performance on DVD when he did his live concert at Montreux Jazz Festival 2009 for album The Pursuit in Rotterdam, Jamie also went down the stage, and sang in the middle of audience. Unfortunately, the Clear Hall JJF 2014 was fenced, so Jamie was just singing along outside the fence. I believe if it weren’t fenced, he would have done like what happened at Montreux Jazz Festival. Jamie, in several times also said Thank You in Bahasa Indonesia, shouted “Jakarta’, even 'I Love You, too' and inserted some words like “Indonesian’s girl bla bla bla and “Java Jazz..” (I don’t know then) in some of the songs, and change London Skies to Jakarta Skies. He is such a very humble entertainer.

The most awesome thing was when Jamie Cullum gave us extra time more than 30 minutes. One more thing, Jamie Cullum didn’t make a list in this performance, he decided it when he got on stage, WOW! As I saw there,he was so happy to be right here in JI Expo, as he said “Jakarta, we’ve come a long way to play for you tonight. We’re so so happy to be here tonight..” Of course, there were thousands of audiences watched him, shouted and cheered from the beginning till the end. Standing Ovation!

The concert was more than I expected, I didn’t realize there were so many people came there, and I couldn’t believe so many Indonesian people know about Jamie Cullum, and also his songs. I felt like all citizen in Jakarta was compiled at Java Jazz Festival. 12,000 special tickets were sold out to see Special Show of Jamie Cullum.
Taken from Stage by Brad Webb
Source: Twitter

These were the list that Jamie song that night (if I didn’t wrong), and you know what, his voice came out just like in the CD.
1.        The Same Thing (Momentum)
2.        Get Your Way (Catching Tales)
3.        I’m All Over It (The Pursuit)
4.        Everything You Didn’t Do (Momentum)
5.        What A Difference A Day Made (Twenty Something)
6.        Just One Of Those Things  (The Pursuit, Written By Cole Porter)
7.        The Wind Cries Mary (Twenty Something, By Jimi Hendrix)
8.        Mind Trick (Catching Tales)
9.        Everlasting Love (Twenty Something)
10.     Save Your Soul (Momentum)
11.     Drop It Like It's Hot (By Snoop Dog)
12.     Xo (By Beyonce)
13.     I Could Have Dance All Night (Twenty Something)
14.     Get Lucky (By Daff Punk)
15.     Love For Sale (Momentum)
16.     When I Get Famous (Momentum)
17.     Please Don't Stop The Music (By Rihanna)
18.     I'm All at Sea (Twenty Something)
19.     London Skies (Catching tales)
20.     These Are The Days (Twenty Something)

21.     Mixtape (The Pursuit)

Jamie’s Touring Band which is immensely talented are Tom Richards (saxophonist, occasional guitarist and percussion), Rory Simmons (trumpeter and guitarist), Loz Garratt (bass), and Brad Webb (drums). What a stirling job they all did, played more than one instruments and provided magical musical instrument moments on stage.

The Band (left to right): BradWebb, Loz Garratt, Jamie Cullum, Rory Simmons, and Tom Richards
Source: Instagram


For those who couldn’t be there can watch him by streaming at youtube.com/javajazzfest, and you can download full the concert here


Before, Jamie Cullum also did press conference, you can download here http://www.youtube.com/watch?v=2vpjOdYqcz4


Press Conference
Source: Twitter

That day was a FUNtastic day to remember, not only because this is the first time I come to Java Jazz after 10 years hold, but also the first time to me watched Jamie Cullum directly, can’t wait to see him again. Please come back real soon to Indonesia, don’t wait for another seven years again :D

Thanks To:
Java Jazz Festival 2014
Source: www.chicmagz.com



Other Photos : 1 | 2 | 3 | 4
Read more →

Friday, March 7, 2014

Soto Bu Sayang

,
Kalo anda haus belaian kata-kata sayang, datanglah ke Soto Bu Sayang. Selain sering mengatakan sayang ke pelanggannya, ibu ini juga sering bilang ‘Mbak Manis’. Sebenernya nama tempat makan ini Soto Surabaya, tapi saya dan kawanan saya sering bilang Soto Bu Sayang. Dari awal kuliah dulu, Soto Bu sayang sudah berkali-kali pindah, mulai dari tempat yang paling strategis di pinggir jalan raya, sampai akhirnya saat ini ada di belakang rumah makan, masuk ke dalam gang dengan jalanan yang cukup Off Road. Tempatnya yang sekarang ini pun (saya rasa) tidak begitu bersih, kumuh dan agak kotor, tapi rasanyaa enak banget. Anehya, mau dimanapun dan bagaimanapun tempatnya, saya lihat Soto Bu Sayang selalu saja ramai dikunjungi anak muda yang lapar, lapar buaian kata-kata sayang maksud saya.



Tadi pagi, setelah mungkin satu semester lebih (bukan karena haus belaian kata sayang), saya kesana lagi. Dan terjadilah apa yang saya harapkan, setelah memesan menu favorit, yaitu soto dengan full koya, si Ibu bilang ‘iya, duduk dulu, Mbak Manis’

Nah!

Cuma ibu ini yang bilang saya manis, cuma ibu ini! Makasih, Bu. Lalu saya duduk.


Selesai makan dan bayar, saya pun pergi, tak lupa dengan ucapan sayang dan gratis air es. Lalu saya sempatkan mengambil foto Soto Bu Sayang.
Read more →

Tuesday, March 4, 2014

Customer unSatisfaction Story

,
Sumber Gambar

Pak Pos melaju menghampiri rumah, saya keluar rumah dan mendapati Pak Pos sedang memutarkan motornya untuk segera menancapkan gasnya kembali untuk pergi. Saat itu ia melihat kedatangan saya menghampiri pagar rumah dan memutarkan kembali motornya kea rah rumah saya sambil berucap dengan nada jengkel “Wooo, gimana si dipanggilin dari tadi!” Baru saja mendengar satu kali suara Pak Pos nan galak ini, dengan perasaan hati yang masih adem ayem karena tau akan menonton Jamie Cullum, saya bilang “Saya gak denger pak, maaf..” Lagi-lagi Pak Pos marah “Saya panggil dari tadi, masa gak dengar??!”

Ya apa boleh buat, Pak Pos sudah menyaut berkali-kali, memanggil berkali-kali tetap saja suara Pak Pos tidak terdengar sampai ke dalam, rumah seperti kedap suara, saya harus apa? Tidak disengaja pula, tapi Pak Pos masih terus menunjukkan wajah kesalnya sampai akhirnya ia menyodorkan surat pertama “Tanda tangan dan nama disini mba” Biar saja saya tanda tangan secara asal, tapi saya tidak mencantumkan nama disana. Begitu surat ke dua diberikan dan saya harus melakukan hal yang sama, tapi dengan tanda tangan asal yang berbeda, Pak Pos akhirnya menanyakan “Namanya siapa, mba?” Saya bilang saja “Ira. Nama bapak siapa?” Pak Pos diam, dan raut wajahnya mulai turun, setelah tadi naik ke atas semua sebagai pertanda ia marah. Saya memajukan badan, dan melihat plat nomer sepeda motornya, menyebutkan angka dan huruf yang tertera di sana dengan nada standar di depannya “B XXXX YY”, diikuti kalimat “Terimakasih, Pak.. :)”

Tempo lalu, beberapa tahun lalu maksudnya, saya lupa tepatnya kapan, Di dekat kos, ada minimarket bernama Indomaret, pelayanannya agak kurang mengenakkan hati, dan sudah terkenal di kalangan mahasiswa. Saya pun pernah mengalami sedikit semprotan, hingga akhirnya saya semprot lagi, sedikit dan halus. Masalahan kembalian, Indomaret sedang tidak ada uang pecahan, sedang saya akan membayar dengan satu lembar uang yang nominalnya agak besar. Mbak di kasir ini dengan juteknya memaksa saya untuk membayar dengan uang pas, atau menukar ke luar. Lha gimana, wong duitnya cuma satu lembar. Tidak masalah sih, kalau Mbak ini meminta saya seperti melakukan hal itu, yang jadi masalah adalah cara bicaranya dan raut mukanya. Kira-kira apa yang saya lalukan kepada Mbak itu kalau saya sedang dalam mood yang tidak baik?

Ternyata Mbak ini ada uang pecahan, hanya saja tidak mau dikeluarkan dulu, dengan terpaksa ia memberikan kembalian pecahan yang (tinggal sedikit) ia punya kepada saya. Lalu, dengan santai tapi nyebelin saya bertanya ke Mbak ini “Ada kotak saran mbak disini?” Gelagatnya mulai panik, tentu saja ia bilang tidak ada. Lalu saya bilang “Ooh, terimakasih (sambil memberi jeda sedikit, saya lihat name tag tertera didadanya), Mbak Devi.” Saya masih ingat namanya haha. Gertakan seolah-olah saya akan mencantumkan namanya di kotak saran.

Saya pergi menuju pintu keluar di Indomaret, dan ada Mas (yang kemungkinan juga mendengar percakapan saya) disana yang membukakan pintu sambil mengatakan “Terimakasih, selamat datang kembali”

Agak menyebalkan mungkin ya, tapi saya lebih menyukai cara seperti itu (menyebutkan titik kelemahan) daripada harus marah-marah hihi.


Saya pernah belajar Fokus Kepuasan Pelanggan dan Customer Relationship Management, yang didalamnya banyak bercerita mengenai bisnis dan pelanggan, dimana keduanya amatlah berkaitan. Dengan bisnis yang baik dan pelayanan yang baik baik, maka akan terjadi kepuasan customer. Sebaliknya, bisnis baik tapi pelayanan buruk, maka terjadilah ketidakpuasan customer. Dan iklan terbaik/terburuk dari sebuah bisnis adalah mouth to mouth nya customer.
Read more →

Friday, January 3, 2014

Bakso Bungkus Tanpa Bakso

,
Melakukan perjalanan jauh dengan kendaraan umum tanpa teman dan perut keroncongan sungguh sesuatu yang tidak baik. Karena itu, memikirkan makanan apa ya yang kira-kira enak dimakan saat diperjalanan adalah hal yang menyenangkan. Tepat saat itu, di angkot terakhir setelah jalan-nangkot-jalan-ngangkot dan jalan lagi saya menemukan sesuatu yang indah - ditambah cuaca angina semilir bau hujan akan datang - untuk mengisi perut.

Disana ada kedai bakso terkenal di Tembalang, sebut saja Bakso Pak Hadi. Saya langsung meminta mas-mas di sana dengan wajah manis manja lapar “Mas, bakso satu dibungkus mie nya yang putih aja”. Bakso diterima. Perjalanan dilanjutkan lagi dengan angkot, selama perjalanan itu pula sesekali saya pegangi hangatnya bungkus bakso, aah nikmatnya sudah terasa sejak bungkus itu dipegang. Sampai di kos, dengan sigap saya ambil mangkok dan sendok, saya keluarkan bungkus bakso dari bungkus plastik kresek, saya pegang lagi, sekali lagi, dan saya amati seksama. Hah, baksonya gak ada! Cuma mie putih dan sawi.

Saya ambil motor dan melaju lagi ke Bakso Pak Hadi. Lagi-lagi saya protes dengan wajah manis manja perut cekung ke dalam “Mas, tadi saya mbungkus bakso tapi gak ada baksonya” Sontak mereka (ada lima mas-mas) senyum-senyum minta diguyur, satu orang melayani pesanan saya, satu lagi duduk di samping berusaha menghibur.
Mas: “Hehee udah sampe rumah tadi ya mbak?”
Saya: “Udah mas, udah ambil mangkok malahan”
Mas: “Hehe, siapa tadi mbak yang bikin? Yang itu ya mbak? Apa yang itu? Yang itu? Bukan saya kan mbak?”
Saya: “Gak tau mas, saya lupa, saya laper.”


Dan begitulah, mas-mas di sana saling tuduh dan saling tanya siapa tersangkanya, kami sama-sama melupakan kejadian detik-detik dimana kuah bakso bungkus sampai di tangan saya. Yang pasti mas-mas di sana (termasuk tukang parkir) senyum sumringah bahagia karna saya beli bakso tanpa bakso. Huh! Untung enak.
Read more →

Friday, December 20, 2013

Video Diary SAMA

,
Semarang, 18 Desember 2013. Hari itu tidak ada teman yang bisa menemani saya menonton di Bioskop XXI Paragon, jadi saya putuskan untuk pergi sendirian saja. Dan karena ketidaktahuan saya harus bertindak seperti apa untuk membantu teman-teman yang memiliki kekurangan fisik (disabilitas), lagi-lagi saya putuskan untuk menulis dulu saja, semoga tulisan saya bisa sedikit membantu.

Nonton Bareng Video Diary SAMA

Saya sungguh tergugah melihat teman-teman disabilitas yang punya kemauan keras untuk bisa diterima di masyarakat (karna kenyataannya banyak dari mereka yang mendapat perlakuan berbeda), apalagi semenjak kedatangan saya ke Sahabat Mata untuk bertemu dengan Pak Basuki.

Sebelumnya, saya ceritakan dulu apa itu SAMA (copy-paste dari brosur)
SAMA adalah program yang memberikan ruang dan peluang kepada penyandang disabilitas untuk menyuarakan persoalan dengan cara pandangnaya melalui video berbasis komunitas (video diary).

Melalui proses kreatif yang dilakukan secara mandiri, dan diharapkan dapat berkelanjutan ini, penyandang disabilitas dapat menyampaikan aspirasi mengenai ruang, peluang, dan perlakuan yang sama dan adil kepada masyarakat, khususnya bagi pengambil keputusan.

Lokakarya SAMA melibatkan 19 peserta penyandang disabilitas penglihatan, pendengaran, dan fisik untuk membuat video kampanyenya secara pastisipatif. Dalam SAMA, 22 peserta, termasuk 3 peserta non disabilitas, diajak untuk melakukan riset atasa persoalan, menulis, mengambil gambar (shooting) hingga editing dengan difasilitasi oleh para mentor dan fasilitator dari berbagai latar belakang – periset, penulis, fasilitator komunitas hingga dengan pekerja film.

Setelah pemutaran video selesai, diadakan sesi diskusi, teman-teman disabilitas yang ikut andil dalam pembuatan video ini menceritakan proses pembutannya. Seru sekali melihatnya, pertama kalinya bagi saya melihat secara langsung teman-teman dengan disabilitas yang berbeda ada di dalam satu ruangan, dan yang paling saya suka adalah melihat sign language interpreter, semenjak membaca buku Totto Chan saya ingin sekali mempelajari sign language. Seru rasanya bisa berbicara tidak dengan mengeluarkan suara. Yang tidak terbayang adalah saat teman-teman disabilitas ini berkomunikasi satu sama lain, bagaimana coba? Penyandang disabilitas pendengaran harus memakai bahasa isyarat untuk berkomunikasi, sedangkan disabilitas penglihatan tidak bisa melihat bahasa isyaratnya. Ternyata mereka melakukannya via SMS, disabilitas penglihatan terbantu dengan adanya screen reader di handphone. Wow!

Pembagian job dalam proses pembuatan menyesuaikan kepada teman-teman disabilitas. Tunanetra mengendalikan audio, tuna rungu dan tuna wicara mengendalikan kamera, masuk akal bukan? Tapi ada satu orang, Jejen seorang tuna netra, ingin sekali mengendalikan kamera, dia yakin bisa melakukan, dan akhirnya ia pun dipercaya sebagai cameramen. Kenyatannya, dia hobi sekali memfoto dan merekam sesuatu lewat handphone, lalu menguploadnya di you tube. “Pengukuran suatu objek dapat dilakukan dengan suara”, kata Jejen.

***

Ada dua video yang masing-masing berdurasi kurang lebih 15 menit. Video pertama Mana Aksesku? memperlihatkan teman-teman disabilitas yang belum bisa menikmati akses public yang memadai. Salah satu dari mereka menceritakan pengalamannya saat berjalan dan ia tidak mengetahui saat itu ada galian yang mengakibatkan ia hampir saja terjatuh masuk kedalamnya karena tidak ada tanda apapun yang ia ketahui untuk membantu melewatinya. Atau saat disabilitas fisik kesulitan menaiki tangga, ia berjuang berjalan dengan kursi roda atau tongkat, namun saat mencapai tangga mereka bertatih-tatih berusaha untuk menaikinya.

Yang menarik saat film ini diputar, ternyata ada satu dari mereka – Puti Irra Puspasari dengan disabilitas pendengaran – adalah seorang arsitek, yang sempat mengikuti sayembara desain halte busway, ia bertanya ke teman dengan disabilitas fisik bagaimana keadaan halte busway yang sekarang. Jelas mereka menjawab trap-nya terlalu tinggi, sulit saat menaikinya. Sang arsitek berkata dengan sign language-nya “saya tahu itu, saya sudah memikirkannya, tapi desain saya kalah”. Mereka semua iri dengan fasilitas yang disediakan pemerintah untuk disabilitas yang ada di luar negeri.

Video kedua berjudul Job (UN) Fair. Video ini menunjukkan saat seorang disabilitas penglihatan mengikuti job fair, ia kesulitan bukan main saat berada di sana, tidak satupun di video itu menunjukkan keantusiasan perusahaan untuk merekrut disabilitas, tuntutan pekerjaan tidak memungkinkan untuk disabilitas dan peluang di hire sangat kurang sekali. Padahal Menurut UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 1997, 1 persen dari 100 karyawan yang dimiliki oleh perusahaan Negara maupun swasta haruslah penyandang disabilitas. Di lain sisi, video ini juga menunjukkan teman-teman disabilitas yang berhasil bekerja di perusahaan. Di sesi diskusi, perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja mengatakan bahwa di Jepang hingga saat ini rutin melakukan job fair khusus untuk disabilitas. Sehingga job fair menjadi benar-benar fair.

Salah satu (mungkin) supervisor saat ditanyai bagaimana disabilitas saat bekerja di sana, ia mengatakan mereka lebih serius, fokus, dan tidak main-main saat bekerja. Sekali instruksi langsung dikerjakan, sehingga produktifitas mereka lebih tinggi. Pernyataan menarik dari salah satu disabilitas penglihatan yang kalau tidak salah ia juga seorang announcer “Tuna netra bukan cuma mijit dan main music aja, ada yang jadi penulis, dosen, dll.”

Saya melihat banyak sekali potensi yang dimiliki teman-teman disabilitas yang tidak dimiliki non disabilitas ini. Semoga suatu hari nanti, di saat kita sudah menjadi bagian dari pengambil keputusan, kita bisa melakukan sesuatu terhadap aspirasi yang mereka sampaikan di dalam video ini.

Kebutuhan setiap disabilitas memang berbeda, tapi jangan jadikan sebagai kendala, lihatlah sebagai tantangan.
Read more →

Bukan KKN Biasa (Edisi Mandi)

,
KKN kan identik sekali dengan hidup di desa dengan fasilitas terbatas, tapi yang saya lihat, justru banyak teman-teman saya mendapat kenikmatan kota saat melakukan aktifitas wajib 3 SKS dengan nilai yang pasti (hampir) A semua itu. Saya termasuk yang tinggal di desa. Bangga.

Keadaan desa tempat kami tinggal sebenarnya cukup baik, nyaman, sejuk, indah, aman, dan tentram. Kami (wanita) tidur dikamar yang pas diisi 5 orang beserta kopernya diatas karpet, tidak bisa saat tidur melakukan aksi salto atau jujumpalitan. Untungnya kami slim semua. Hanya saja, sebagai pihak wanita, kami terganggu dengan keadaan kamar mandinya.

Ini wujudnya..
Desain Kamar Mandi

Kamar mandi ini bergabung dengan tempat cuci-mencuci, kakus (apa itu bahasanya, tempat untuk menampung pup), dua bak besar (satu dekat kakus dan satu lagi lazim untuk cuci mencuci: bak ini juga mantan kandang sapi) serta memiliki dua pintu utama tanpa kunci. Di depan kakus terdapat kamar nenek yang tidak pernah keluar kamar, sebulan disana, kami tidak pernah melihat wajah nenek, hanya sering mendengar suaranya saja. Dinding kamar nenek yang berhadapan langsung dengan kakus ini hanyalah sebuah anyaman kayu, mungkin nenek bisa mengintip kalau ia mau. Di tambah lampu berwarna kuning remang sekali.

Hal mistis saat pertama kali kedatangan kami adalah mendengar suara nenek yang ada di dalam kamar, kami sedang jongkok, melakukan atraksi di atas jamban di pagi atau malam hari, lalu mendengar nenek bergumam atau mengatakan “Nanti disiram ya, nduk”. Bagaimana perasaan kalian mendengar itu, padahal sebelumnya kalian tidak tahu disana ada orang.

Mandi dilakukan setiap dua hari satu kali beramai-ramai, lengkap dengan baju dan celana. Alasan beramai-ramai agar kita bisa saling menjaga satu sama lain dari oknum yang tidak diinginkan. Sedangkan menggunakan baju dan celana lengkap saat mandi adalah demi menjaga keamanan penglihatan oknum (lagi).

Pernah suatu kali teman lelaki saya melihat salah seorang anggota keluarga tempat kami tinggal saat sedang mandi, tidak disengaja memang, maka dari itu diperlukan kewaspadaan tingkat tinggi saat berada di kamar mandi.

Lain lagi ceritanya saat salah satu dari kami sedang melakukan kegiatan harian untuk menguras isi perut. Sang kakek dengan asyiknya masuk lewat pintu samping, wajar saat itu ia berteriak dengan lantangnya “Bappaaaak!!” Si kakek dengan santainya tersenyum lalu jongkok, kemudian pipis. Dilanjutkan dengan mengambil air wudhu, lalu permisi keluar. Ya Tuhan..

Maka dari itu, gossip dosen pendamping tidak akan datang adalah hal yang menyenangkan, perjanjian dilakukan sedemikian rupa agar kami bisa pulang dan melakukan mandi besar-besaran saat pulang.

Kamar mandi ga bisa dijadikan alasan buat ga KKN lagi, ayo KKN lagi!

Read more →

Friday, December 6, 2013

Personal Branding a.k.a Pencitraan

,

Pencitraan
pen.cit.ra.an
(1) Sebuah usaha untuk menonjolkan citra terbaik di mata publik; (2) Usaha pembuktian keeksisan; (3) Menunjukkan apa yang dirasakan secara sangat berlebihan hingga tidak sesuai lagi.

Fakta

1.    Pencitraan awalnya adalah istilah yang digunakan bagi para politisi yang tiba-tiba jadi banyak berbuat amal menjelang pemilu. Hal ini digunakan untuk memperbaiki citra mereka di mata publik.
2.    Pencitraan mulai bergeser makna ketika social media seperti Facebook, Twitter, dan Foursquare mulai merajalela di Indonesia. Untuk pertama kalinya, user bisa memamerkan apa yang mereka rasakan/sedang makan/sedang lihat/sedang dipikirkan kepada banyak orang sekaligus.
3.    Pencitraan model baru ini semakin merajalela dengan semakin merajalelanya ponsel-ponsel yang bisa internetan di Indonesia. Ponsel-ponsel ini memungkinkan semua orang untuk update status dimanapun kapanpun tanpa perlu menunggu pulang ke rumah atau pergi ke warnet.
4.    Hal-hal yang paling banyak digunakan untuk pencitraan: Makanan, event, konser band, tempat, dan kegalauan.

Saya teringat ketika beberapa waktu lalu melakukan kunjungan ke Bandung untuk sekedar mendatangi undangan pernikahan seorang teman. Salah satu dari kami ingin meng-update status ke media sosial beserta lokasi saat itu kami berada. Yang pasti biar ada tulisan “in Bandung” begituh. Ternyata oh ternyata, sang telepon pintar tidak cukup pintar untuk meng-update keberadaannya. Saat ter-publish, lokasi disana malah tertulis “in Bekasi”, jadilah ia menghapus status nya dan akan melajutkan update statusnya saat tiba di Bekasi sambil menulis “habis dari Bandung”. It's such a funny thing, lol.

Atau saat pejabat tingkat atas negeri ini yang membuat sebuah iklan dengan tujuan membangun persepsi masyarakat, semua artis di iklan tersebut menyatakan anti korupsi dengan gagahnya. Pada kenyataannya satu per satu artisnya mulai memenuhi panggilan komisi pemberantasan korupsi. Ampuni kami, Tuhan..

Orang-orang banyak pula yang suka men-share masalah pribadinya untuk kemudian mendapat simpati orang lain atau memang dia hobi bercerita, entahlah. Ada quote dari Lou Holtz yang mungkin bisa direnungi para pemuda-pemudi yang hobi share perasaan di media sosial "Never tell your problems to anyone... 20% don't care and the other 80% are glad you have them."

Atau tentang peningkatan karir yang sudah dicapai seseorang saat sudah melakukan sesuatu? Tak apalah, menunjukkan kepuasan :)

Jadi ada apa dengan personal branding?
Personal branding baik kalo kita tahu batasannya (wise banget). Tapi lebih asik kalo orang lain mengenal kita apa adanya sebagai diri kita sendiri. “Aku tau kamu sampe jelek-jeleknya kamu, tapi aku suka temenan sama kamu.” Walaupun nunjukin diri sendiri lebih enak, ngaku gak ngaku, semua orang pasti melakukan personal branding, it should be, brow! Apalagi kalo ketemu calon mertua, eh.

Kalo kelebihan personal branding? Di muka umum terlihat elegan dan baik-baik sekali, tapi setelah ditelusuri ternyata banyak banget hal yang tidak sesuai, ga asik. Tapi dunia akan hampa tanpa manusia-manusia macam ini, semuanya datar. Don’t make your life flat as Chitato said “Life is never flat”. Terimakasih buat yang sudah mewarnai dunia ini dan dunia saya.

Sebenarnya sih tergantung persepsi kita gimana ngeliat orang-orang yang melakukan personal branding, whether it is good or not. Jutaan manusia bisa bikin jutaan persepsi. Tapi karena tadi saya lagi sensi, jadi yang begini juga bisa dijadiin bahan tulisan.

Keep your attitude is needed and important. But do it because you respect others and especially you respect yourself. Not because you need a 'recognition' and 'acceptance' of others. Don't be over personal branding!

For all. With Love. Peace, Love, and Gaul.
Read more →

Sunday, November 10, 2013

Bukan KKN Biasa (Edisi Horor)

,
Januari 2013 lalu saya mendatangi sebuah sebuah tempat yang jauh dari kesan kota, walaupun jarak dari desa ke mall terdekat hanya 45 menit, tapi saya cukup menikmati aroma tanah basah dan ilalang yang senantiasa bergoyang lemah gemulai, sebulan lebih sedikit saya menempati dusun di salah satu kota di Jawa Tengah. Penempatan sebulan lebih hanya untuk mendramatisir, karena seminggu sekali saya mewajibkan diri untuk pulang ke Tembalang karena saya merasa perlu mandi wajib, bukan karena telah melakukan sesuatu yang senonoh, tapi tidak lain karena selama di sana saya tidak pernah puas mandi, baju dan celana tidak pernah saya (dan teman-teman berjenis kelamin sama) tanggalkan.

Bukan tentang mandi yang saya ingin ditulis di sini, walaupun sebenarnya saya ingin sekali menceritakan secara detail kenapa saya tidak pernah mengalami kenikmatan saat mandi di sana. Saya ingin menulis cerita horror, semoga saja seram.

Cerita Horor 1
Waktu itu saya ada urusan di Semarang, sehingga saya harus pergi dan kembali ke Desa itu seorang diri, namun saat itu ketibaan saya adalah sore hari, saya memutuskan untuk menghubungi teman-teman saya di posko, setidaknya ada yang bisa menjemput saya di kecamatan, salah satu dari mereka sudah meng-iya-kan. Tapi alangkah malangnya senja itu, sinyal di desa sangat sulit dijangkau, berkali-kali saya pesan teks dan telepon tidak ada balasan. Perlu diketahui kalau kondisi sudah mulai magrib dan hujan cukup deras, tidak ada lampu jalan sedikitpun di sana, kanan-kiri penuh pohon seperti hutan.

Saya memasuki gang, gang itu adalah satu-satunya jalan yang saya ketahui sebagai pintu masuk menuju desa, butuh setidaknya dua puluh menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Saya berjalanan, tak henti berdzikir dan memanjatkan doa pada Sang Kuasa, tak ada orang yang berkeliaran dan lagi-lagi tak ada lampu jalan, semakin ke dalam, jalanan dipenuhi pohon bambu, suara air dari suangai, suara jangkrik, dan entah suara apa yang lainnya.

Tetiba, seorang perempuan berparas cantik, rambut sebahu, tinggi sekitar 150 cm, dan memagari giginya dengan behel serta menggunakan sepeda motor Yamaha Mio datang menghampiri, “Mbak mau kemana? Bareng aja, Mbak.”
“Saya mau ke Desa Anu. Makasi banyak ya, Mbak.“ (nama desa disamarkan)
Alhamdulillah, akhirnya ada mahasiswa datang melintas, ujar saya dalam hati.
Saat menaiki motornya, si mbak meminta saya untuk duduk maju ke depan lagi, saya sudah memajukan diri, si mbak meminta saya hingga tiga kali untuk duduk mepet ke arah badannya, jadilah saya duduk berimpitan seperti sedang diboncengi empat orang dalam satu motor. Dengan alasan motonya bermasalah kalo diduduki bagian belakangnya. Jadilah kita berdua seperti lesbi-an.

Lalu saya menanyakan mbak yang belum saya ketahui namanya ini sedang KKN di desa mana, dia mulai berkata yang saya tidak mengerti, dan ternyataaa dia bukan mahasiswa KKN, saya mulai resah dan gelisah. Ini manusia atau bukan? Untungnya manusia, ternyata mbak ini sedang mengejar paket C sembari bekerja di salah satu salon kecantikan di Semarang. Namun, si mbak mulai bercerita tidak menyenangkan tentang kehororan tempat yang kita lewati, ia juga sebenernya tidak terlalu berani berkendara sendirin di tempat itu, bukan karena hantunya, tapi lebih ke manusianya, takut di rampok katanya, masuk akal juga. Saya tidak berani sedikitpun menoleh ke arah sisa tempat duduk dibelakang saya, takut ada yang menempati. Firasat semakin tidak karuwan saat mbak ini berhenti di pertigaan jalan setelah 10 menitan perjalanan “Mbak, kalo mau ke Desa Anu ke sebelah sana, mbak saya turunin di sini ya, saya ke arah sana (sambil menunjuk arah jalan lain)”

Matilaaaahhh!!

Belum sempat saya bertanya banyak arah apa jalan yang akan saya tempuh, si mbak sudah menancapkan gas Mio nya. Di sana saya berdiri, di bawah satu-satunya lampu neon nan remang, saya takut. Saya terus berjalan mengikuti arah rumah penduduk dengan lampu oranye sendu. Saya menemukan masjid, saya duduk diam di sana menunggu Bapak-Bapak berdoa setelah sholat magrib. Saya beranikan diri meminta tolong ke Bapak-Bapak yang tetiba mengelilingi seperti kasihan melihat saya dengan muka sedih. Mereka semua memakai Bahasa Jawa yang tidak saya ketahui, saya pusing. Untung sebelumnya saya sudah belajar untuk berkata “Kulo mboten saget Boso Jawi”

Salah satu bapak itu tergerak hatinya untuk menolong anak malang ini (saya), namun beliau tidak bisa jika harus mengantarkan saya ke desa tempat saya tinggal, saya maklum, karena jauh dan tidak ada lampu. Saya meminta diantarkan ke posko KKN teman sejurusan yang berada di desa itu, Alhamdulillah. Saya selamat.

Di sana saya kembali menghubungi teman posko Desa Anu, terjawab sudah, saya menunggu di jemput. Total perjalanan yang biasa ditempuh dalam dua ouluh menit, saat itu di tempuh selama satu jam empat puluh lima menit. Dahsyat. Gak horror ya?

Cerita Horor 2
Baiklah, ini yang ke dua. Masih ada di kecamatan yang sama di tempat saya KKN, hanya beda desa. Sang korban yang merupakan teman saya menceritakan langsung kepada saya tidak lama setelah acara KKN resmi dibubarkan. Tim KKN-nya tinggal di bawah kaki gunung yang terkenal, dingin sekali, bahkan beberapa orang berkata sering hujan es. Di malam pertama KKN teman saya  sudah kesurupan! Bayangkan! Ia memang punya kelebihan melihat makhluk halus semenjak SMA, apalagi jika kegiatan bulanannya berlangsung. Tengah malam ia kesurupan, meronta-ronta tak jelas, sebelumnya ia melihat seorang kakek datang kearahnya mengenakan sarung dan memegang rokok di tangannya, berbicara dengan bahasa jawa yang amat sangat halus, si kakek mengatakan bahwa ia bernama Budi (nama disamarkan), ia meminta anak-anak KKN untuk datang menyekar ke makam kakek itu di tengah gunung terkenal tempat mereka tinggal di kakinya saat malam jumat.

Esok paginya, ia bercerita ke kepala dusun, diceritakannya semua kejadian semalam, dan betapa kagetnya Bapak Kepala Dusun saat teman saya menyebutkan nama si kakek adalah “Budi”. Ternyata Budi adalah nama orang yang pertama kali menemukan/tinggal di dusun itu, seperti Colombus menemukan Amerika. Namun, sampai sekarang belum pernah ada yang bertemu si kakek, teman saya ini adalah yang pertama.

Malam jumat tiba, mereka mengunjungi makam kakek, tapi di tengah perjalanan teman saya kembali kesurupan, tapi ia hanya diam. Sekembalinya ke posko, saat teman lainnya menawari makan malam, ia mengamuk lalu menari.

Satu posko meminta ke kepala dusun agar mereka bisa pindah posko ke tempat yang lebih bawah lagi dari kaki gunung, selain karena dingin menusuk, mereka tidak ingin ada kejadian serupa.

Belum berakhir ceritanya, setelah satu posko jalan-jalan menyusuri kota, mereka pulang setelah magrib, seperti cerita sebelumnya kalau kanan kiri sepanjang jalan dipenuhi pohon seperti hutan dan tidak ada penerangan jalan. Teman saya ini diboncengi, lalu melihat temannya yang mengendarai sepeda motor sendirian, dipunggunggnya ada mbak-mbak yang menganggu, mas yang mengendarai motor berambut gondrong, dan rambutnya ini sedang dimainin mbak-mbak aneh tersebut seperti sedang bermain kuda-kudaan.

Sesampainya di posko, teman saya ini kembali kesurupan, tapi kali ini aneh, sepertinya mbak-mbak yang bermain piggy back tadi yang ada di dalam tubuhnya, ia merasuki tubuh teman saya lalu membuka kerudungnya, berjalan ke arah kamar dan membuka koper milik teman saya ini, ia mengambil beberapa pakaian lalu mencoba memakainya sambil ketawa ala mbak-mbak kunti. Oh God..
Masih belum seram?

Cerita Horor 3
Ini cerita katanya. Kata orang yang masih di satu kota. Malam hari ada seorang muda-mudi mahasiswi KKN keluar untuk suatu keperluan mengendarai motor, diperjalanan si mahasiswi yang berada di belakang ini terus menunduk, suatu ketika ia menghadap kedepan, didapatkannya seorang mbak-mbak sedang duduk berhadapan di depannya. Tepat di tengah mahasiswa dan mahasiswi tadi. Sang mahasiswa berkata “Rambutmu dipegangin dong, kena ke aku ni!” Jelas, rambut sang mahasiswi tidaklah panjang. Ia pucat pasi, sesampainya di posko, ia menangis.

Cerita Horor 4
Malam terakhir KKN, sebulan penuh saya tidak pernah merasakan keganjilan apapun di posko, namun malam itu, malam terakhir kami disana, kami habiskan waktu sampai malam di ruang tamu. Saya duduk serong menghadap jendela dan teman-teman di depan saya. Tetiba saya melihat ada yang bergerak-gerak di sana, saya tidak bercerita ke siapapun, saya menunduk. Saya yakin apa yang saya lihat. Tidak berani berlama-lama, saya pindah posisi, duduk diantara dua teman lelaki saya, saya merasa sediki lebih baik.

Namun, dua teman saya yang duduk di dekat jendela saling berbisik satu sama lain, merasakan keganjilan, kami memutuskan untuk tidur. Esok paginya dua teman yang berbisik-bisik sehingga membuat acara malam terakhir kami bubar mulai menceritakan apa yang terjadi semalam. Dan itu persis seperti yang saya lihat.


Kami (yang melihat) memastikan bahwa ada yang bergerak-gerak di luar jendela, setelah dipastikan, kami melihat ada beberapa handuk yang menggantung di luar jendela, namun hanya satu handuk yang bergerak-gerak kencang tidak wajar, kami yakin sekali. Ini hari terakhir, ada apa ini? Seperti sebuah peringatan atau salam perpisahan? 

Sekian.

***

Cerita tersebut adalah pengalaman penulis dan cerita teman serta temannya teman. Percaya atau tidak, saya cuma mau nulis aja :D
Read more →